Selasa, 16 Agustus 2011

TARIF SEWA MOBIL DR A TRANSPORTER baru

DR.A TRANSPORTER
Banjarsari Rt 6 Rw 12 SKH Telp. 0274-3210991
Hp As : 0853.1054.8705 Hp XL. 0878.3918.2507 HP INDOSAT. 0858.7987.2807

JL KALIURANG KM 13 YK

Price List DR.A TRANSPORTER

We serve You Better

SEWA MOBIL DAN ANTAR JEMPUT

Price list, 15 Agustus 2011

MERK MOBIL 6 jam 12 jam 24 jam
APV / Arena 150.000 190.000 250.000
Avanza 150.000 190.000 250.000
Xenia 150.000 190.000 250.000
Kijang LGX 150.000 225.000 275.000
CarnivaL 200.000 300.000 350.000
Innova 200.000 300.000 375.000
LIVINA 200.000 250.000 300.000
TraveLLo 300.000 350.000 450.000
ELF / FUSO 300.000 350.000 450.000
Picanto 125.000 190.000 240.000
Atoz / Visto 125.000 180.000 240.000
EstiLo 125.000 180.000 240.000
KARIMUN 125.000 180.000 240.000
PREGIO 300.000 350.000 450.000
ALL NEW JAZZ 250.000 300.000 350.000
X-Over 250.000 300.000 350.000
Swift 200.000 250.000 300.000
Jazz 200.000 250.000 300.000
PICK UP 125.000 175.000 200.000
NEW CHAMRY 250.000 400.000 500.000
ALL NEW CHAMRY 1.500.000 2.000.000 2.800.000
ALPHARD 2.500.000 3.000.000 3.500.000
Mercy Nego Nego Nego

Dengan Sopir 6 12 24
DALAM KOTA 35.000 50.000 100.000
LUAR KOTA 50.000 100.000 150.000

PAKET LEBARAN 1 Minggu : Tarif :
Avanza 2,400,000
Apv 2,300,000
Dan lain-lain menyesuaikan.

Minggu, 30 Agustus 2009

Jangan “Kambing Hitamkan” Islam dan Umatnya

NASIONAL : Isu Terorisme

Oleh Hidayatullah Muttaqin,MSI

Ledakan bom di dua hotel internasional telah membuat wajah Indonesia “bopeng” kembali. Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak aman. Dan seperti biasanya, setiap kali ada ledakan bom, maka Islam selalu menjadi “kambing hitam”.

Islam selalu disudutkan dengan stigma negatif terorisme. Dan sekali lagi, ajaran Islam tentang Jihad kembali “dibombardir” oleh media dan pihak-pihak yang membenci Islam.

Presiden AS, Barack Obama misalnya, dalam pernyataan menanggapi ledakan bom di Jakarta kembali mengulang sikap pemerintah AS yang menggiring pemerintah Indonesia pada isu terorisme. Obama menyudutkan Islam dengan stigma garis keras dan ekstrimis sebagai pihak yang berupaya membunuh para wanita, laki-laki, dan anak-anak.

Karena itu tepat sekali seruan tokoh umat dan pimpinan organisasi Islam agar jangan mengakit-kaitkan Islam dengan peristiwa di J.W. Marriott dan Ritz Carlton Jum’at pagi lalu. Kepada Antara (17/7) Ustadz Abu Bakar Ba`asyir menyatakan, pelaku peledakan adalah musuh Islam.

“Mereka yang melakukan pengeboman tersebut telah menjadikan Islam sebagai `kambing hitam` dari kasus tersebut.” (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Antara News 17/7/2009)

Senada dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi juga menyatakan agar peristiwa tersebut jangan dikait-kaitkan dengan umat Islam.

“Teroris bukan agama, jadi tidak benar ada penyebutan umat Islam sebagai dalang dari peledakan tersebut.” (Antara News 17/7/2009).

Kita mengutuk keras perbuatan biadab tersebut dan mendukung upaya pengungkapan dalang atau otak pengeboman. Namun, kita juga menolak upaya-upaya yang selalu mengaitkan dan menjadikan Islam sebagai tertuduh atau pun berupaya mecitraburukan ajaran Islam tentang jihad. Islam melarang pembunuhan penduduk sipil dan peristiwa ini sudah pasti merugikan umat Islam di Indonesia.

Stigma-stigma negatif yang selalu diluncurkan musuh-musuh Islam harus kita waspadai sebagai upaya pengopinian untuk memberangus semangat kaum Muslim dalam menerapkan Syariah dan Khilafah. Stigma tersebut kemudian dijadikan alasan pembenar untuk bertindak represif kepada komponen umat yang sesungguhnya hanya menyampaikan Islam dengan jalan dakwah dan pemikiran, bukan jalan kekerasan apalagi menggunakan bom. [M.Dadi From:JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS / www.jurnal-ekonomi.org]

Senin, 24 Agustus 2009

Mengawasi Dakwah, Menyudutkan Islam

SOLO–Sejumlah kalangan menilai pengawasan yang dilakukan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) terhadap ceramah keagamaan dapat menyudutkan umat Islam.Direktur An Nasr Institute, Munarman di Solo, Jateng, Ahad, mengatakan, tindakan yang berlebihan dengan adanya pengawasan tersebut secara tidak langsung membuat ketakutan tersendiri di kalangan umat Islam saat mereka melakukan kegiatan agama mereka.

“Hal tersebut malah dapat berimplikasi buruk terhadap stabilitas keamanan Indonesia karena berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di antara masyarakat Indonesia,” katanya usai seminar “Nasib Umat Islam Pascapilpres” di Solo.Dia mengatakan, isu-isu terorisme sebaiknya jangan dikaitkan dengan masalah ibadah agama tertentu, khususnya Islam.

“Mereka yang tidak bersalah adalah pihak yang mendapat dampak paling buruk dari adanya pengawasan seperti yang dilakukan Polri,” katanya.Selain itu, menurut Munarman, kegiatan pengawasan terhadap ceramah keagamaan tersebut sebaiknya tidak dilakukan karena tidak memiliki dasar hukum.

Senada dengan itu, mantan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba`asyir mengatakan, pengawasan terhadap ceramah agama seperti itu menunjukkan sikap yang seperti dilakukan di masa Orde Baru.”Pengawasan yang dilakukan terhadap ceramah agama tersebut tidak wajar dan hanya menyudutkan kalangan tertentu,” katanya.

Menurut Ba`asyir, pemerintah sebaiknya jangan khawatir terhadap ceramah-ceramah agama.”Tindakan yang berlebihan seperti itu hanya menimbulkan di kalangan masyarakat sendiri,” kata Abu Bakar Ba`asyir.

Sementara itu, dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Revrisond Baswir mengatakan, pengawasan terhadap ceramah agama seperti itu menunjukkan penindasan terhadap umat Islam. (Republika online, 23/8/2009)


  1. Rais : Your comment is awaiting moderation.

    Ass wr wb.
    Sidang pembaca yg budiman, wujud kekalahan intelektual kalangan sekuler telah nampak. Betapa pada akhirnya Sekulerisme tdk jauh beda dg Komunisme yakni menghalalkan segala cara. Wahai pembaca budiman, kapan lagi kita akan meraih dan menggunakan Islam sbg dasar pemikiran dan juga aktiviti kehidupan secara menyeluruh. Ide berfikir yang cemerlang dlm Islam membutuhkan Metode penerapan secara riel, tiada lain dg khilafah Islam.

    Teringat sabda baginda Nabi saw :
    Tsumma takuunu Khilaafatan ‘alaa minhaajinnubuwwah. Mari songsong bersama tegaknya Khilafah Islam yang kan jd Rahmat bg semesta alam, Allahu akbar.

Minggu, 23 Agustus 2009

Membahas mengenai kasus Terorisme

MANTAN DIREKTUR BAKIN: TERORISME KERJAAN INTELIJEN

Dalam diskusi yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Wisma Antara siang tadi (Kamis, 20/8/09), mantan direktur BAKIN, Bpk. Dr. AC. Manulang, menegaskan bahwa tidak mungkin terorisme dilakukan atas ajaran Agama Islam, semuanya merupakan bagian dari operasi intelijen.

"Islam tidak mengajarkan terorisme. Karena Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian. Terorisme adalah bagian dari kegiatan intelijen," ujar doktor sosiologi dari universitas di Jerman ini.

Menurut Bpk. Manulang, setelah perang dingin antara kapitalisme dan komunisme usai, Amerika sebagai pionir dari kapitalisme mencari musuh baru, yaitu Islam. Inilah yang sedang terjadi saat ini. Kenapa harus di Indonesia?

Bpk. Manulang menambahkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang 230 juta dan mayoritas Islam merupakan potensi dan sekaligus bahaya besar untuk kapitalisme. Karena itulah, mereka melemahkan semua potensi yang akan menghambat kapitalisme.

"Salah satu cara yang dilakukan Amerika adalah mengangkat semacam ’sweet boy’ untuk menjadi pemimpin negara yang mayoritas Islam di seluruh dunia," jelas AC Manulang.

Jose Rizal Jurnalis dari presidium Mer-C yang juga sebagai pembicara di acara diskusi tersebut menambahkan, "Terlalu aneh kalau seorang Air dan Eko yang menurut saksi mata masih shalat Jumat di Solo bisa dikatakan tertembak pada Sabtu jam 2 pagi di Jatiasih, Bekasi."

Menurut Jose, bagaimana mungkin dua orang yang mengangkut bom ratusan kilogram bisa secepat itu tiba di Bekasi, dan langsung tertembak di lokasi.

Selain soal Air dan Eko, dua orang yang disebut polisi sebagai teroris dan tewas ditembak polisi di Bekasi, Jose juga menganggap aneh peristiwa penyerbuan 600 polisi di Temanggung. "Umumnya penyerangan terhadap suatu tempat persembunyian biasanya dengan gas air mata. Dan semua orang pasti tidak akan tahan dengan cara ini," ujar dokter yang akrab dengan suasana konflik.

Tapi anehnya, masih menurut Jose, Ibrahim tidak pernah keluar rumah yang diserbu tersebut. Bahkan, darah yang mestinya berceceran di lokasi tidak ada. Tidak tertutup kemungkinan, Ibrahim memang sudah tidak lagi hidup ketika penyerbuan berlangsung.

Jose kembali mengkritisi pasca peledakan Mariot-Ritz Carlton, "Kenapa polisi tidak mengecek lebih lanjut siapa ratusan orang asing yang menginap di dua hotel tersebut. Tapi, langsung mengarahkan semua tuduhan itu kelompok yang disebut sebagai Nurdin M Top."

Senada dengan Jose, AC Manulang juga mengungkapkan bahwa saat ini pihak intelejen tidak punya data soal Nurdin M Top. "Saat ini, sepengetahuan saya, pihak intelijen tidak tahu banyak soal Nurdin M Top," jelas Manulang.

Ust. Ismail Yusanto, MM sebagai juru bicara HTI yang juga sebagai pembicara di acara tersebut menegaskan bahwa Islam tidak mengajarkan cara-cara terorisme seperti itu dalam jihad.

Bahkan Pak Ismail membeberkan sejumlah fakta bahwa ada ketidakcocokan antara motivasi teror dengan aksi terorisme. "Kita sudah paham bahwa motivasi yang disampaikan aparat lewat media adalah perang melawan Amerika, tapi kenapa aksinya tidak tertuju pada aset Amerika?" ujar Ismail.

Menurutnya, hingga saat ini, dari sekian banyak peristiwa terorisme di Indonesia, tidak satu pun warga AS yang menjadi korban. Bahkan, kantor Dubes AS di Jakarta tidak tersentuh bom sama sekali.

Lalu, siapa dalang di balik teror di Indonesia? Jose mensinyalir bahwa kelompok multinasional korporat atau pebisnis multinasional di belakang gembar-gembor terorisme. Jose berargumen bahwa hanya merekalah yang tahu adanya rapat pebisnis besar di Mariot saat peristiwa bom terjadi.

Selain itu, masih menurut Jose, pasca naiknya Obama menggantikan Bush, isu terorisme akan disudahi oleh Obama. Tapi, kelompok multinasional yang memang selama ini membiayai sarana militer Amerika dan negara-negara besar lainnya, tetap menginginkan kondisi konflik karena itu memudahkan bisnis mereka.

Diambil dari (eramuslim; Kamis, 20/08/2009 17:26 WIB)

Tentang Penguasa yang khianat

Pernyataan Hizbut Tahrir: Penguasa Turki Telah Kehilangan Syaraf Malunya

بسم الله الرحمن الرحيم

«إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ»

Jika Engkau Tidak Malu, Berbuatlah Apa Saja Sesukamu

Penguasa Turki Benar-benar Telah Kehilangan Syaraf Malunya,

Sehingga Tidak Lagi Punya Rasa Malu!!


Penguasa Turki mengatakan di leaflet-leaflet pemerintah dan media massa mereka bahwa juru bicara resmi Hizbut Tahrir menjalin kontak dengan salah seorang agen Mosad!

Penguasa Turki mengatakan bahwa Hizbut Tahrir menginginkan dari konferensinya yaitu konferensi Khilafah yang direncanakan pada tanggal 26 Juli 2009, melakukan aksi pemboman, aksi terorisme…!!

Penguasa Turki mengatakan bahwa Hizbut Tahrir ingin membunuh Erdogan, demi kepentingan Yahudi dan dengan sponsor dari Yahudi!

Penguasa Turki berkata dan mengatakan …!

Begitulah mereka berkata!

Penguasa Turki, ahli waris dari penjahat Yahudi Mushthafa Kamal, yang dahulu telah melaksanakan rencana-rencana Inggris dan Yahudi untuk menghancurkan Khilafah, yang kemudian menambahnya dengan rencana-rencana Amerika dengan ketulusan untuk Yahudi dan memerangi Khilafah; mengatakan bahwa Hizbut Tahrir yang tiada henti siang malam terus menerus berjuang untuk mengembalikan Khilafah, beraktivitas demi kepentingan Yahudi!

Penguasa Turki yang menonjol dengan kelancangannya terhadap agama Allah dan telah memberi pengakuan kepada Yahudi perampas tanah Palestina sejak berdirinya, mengatakan tentang Hizbut Tahrir yang berjuang untuk mendirikan Khilafah yang akan mencabut institusi Yahudi, bahwa Hizb beraktivitas demi kepentingan Yahudi dan bahwa juru bicaranya menjalin kontak dengan salah seorang agen Mosad!

Para penguasa Turki yang melampaui pihak yang dekat maupun yang jauh dalam mengikat kesepakatan-kesepakatan militer dan keamanan, dan melakukan manuver-manuver militer gabungan dengan institusi Yahudi, mengatakan tentang Hizbut Tahrir yang mencap kesepakatan dan manuver itu sebagai kejahatan di dalam Islam, bahwa Hizb berinteraksi dengan Mosad!

Penguasa Turki, khususnya Erdogan, sponsor pengaturan perundingan khianat antara rezim Suria dengan institusi Yahudi yang merampas Palestina, mengatakan tentang tentara-tentara Khilafah yang mengawasi setiap pengkhianat yang berunding dengan institusi Yahudi, bahwa mereka bekerja untuk kepentingan Yahudi dan menjalin kontak dengan agen-agen Mosad!

Penguasa Turki, khususnya Erdogan yang ditanya oleh salah seorang yang terpedaya oleh ucapa Erdogan di Davos di mana ia menampakkan keterguncangannya terhadap permusuhan Yahudi atas Gaza, kenapa ia tidak memutuskan hubungan diplomasi dengan institusi Yahudi? Erdogan menjawab bahwa tetap adanya hubungan dengan institusi Yahudi adalah lebih baik daripada memutuskannya! Mereka para penguasa itu mengatakan tentang Hizbut Tahrir yang meneriakkan kebenaran dengan lantang bahwa hubungan dengan Yahudi merupakan pengkhiatan kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum mukmin; bahwa Hizbut Tahrir menjalin kontak dengan agen Yahudi!

Penguasa Turki, khususnya Erdogan, yang mengerahkan segenap daya upayanya dalam memberi perusahaan Israel hak eksploitasi tanah Turki di perbatasan dengan Suria, mengatakan tentang tentara khilafah yang membongkar upaya Erdogan menyerahkan pengekploitasian tanah tersebut kepada institusi Yahudi, bahwa Hizbut Tahrir beraktivitas untuk kepentingan Yahudi dan menjalin kontak dengan salah seorang agen Mosad!

Begitulah, penguasa Turki telah kehilangan rasa malu! Sungguh benar Engkau ya Rasulullah SAW, di dalam hadismu yang mulia yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dari jalur Abu Mas’ud Uqbah bin Amir al-Anshari al-Badri ra., ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:

«إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ»

Sesungguhnya di antara manusia yag paling memahami perkataan kenabian yang pertama, jika tidak punya rasa malu maka perbuat apa saja semaumu

Wahai Kaum Muslim

Sungguh penguasa Turki telah kehilangan syaraf malunya. Mereka memiliki hati namun tidak digunakan untuk memahami. Mereka memiliki pendengaran namun tidak digunakan untuk mendengar, memiliki mata namun tidak digunakan untuk melihat. Sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada. Sesungguhnya mereka telah menyaksikan dengan mata kepada sendiri, dukungan kaum muslim Turki kepada syabab Hizbut Tahrir yang ditangkap karena mereka ingin menyelenggarakan konferensi khilafah di Islambul. Ketika mereka melihat masyarakat berkumpul di Mahkamah meneriakkan takbir dan meneriakkan kalimat kebenaran menentang tindakan penguasa yang melampaui batas dengan menangkapi syabab disebabkan perjuangan mereka untuk mendirikan khilafah. Masyarakat yang berkumpul di Mahkamah itu meneriakkan tuntutan untuk membebaskan tentara khilafah… Hingga mereka berhasil mengeluarkan sejumlah orang dari syabab (dari hukuman). Ketika penguasa Turki melihat hal itu dan mengetahui bahwa Khilafah tertancap kuat di dalam hati kaum muslim yang menanti kembalinya dengan penuh kesabaran; maka penguasa mencari-cari perkataan bohong yang mereka tuduhkan kepada syabab mukmin lagi bertakwa. Maka setan mereka telah menuntunnya kepada tuduhan ini… Mereka lupa bahwa syabab Hizb dikenal di daerah-daerah mereka akan kekuatan dan ketakwaan; dan bahwa para syabab terus mengawasi para pembuat kebohongan. Mereka juga lupa bahwa perkataan bohong akan kembali kepada pemiliknya lebih cepat dari dugaan pemiliknya sendiri. Dan sesungguhnya esok hari itu begitu dekat.

Wahai Kaum Muslim

Sesungguhnya Hizbut Tahrir memuji Allah atas kenyataan bahwa yang mendatangkan perkataan bohong tentang Hizb adalah para penguasa yang bau busuk kerusakan mereka begitu menusuk hidung, dan aib hubungan pengkhianatan mereka dengan institusi Yahudi telah tersingkap. Hizbut Tahrir memuji Allah atas kenyataan bahwa media-media massa yang mengulang-ulang perkataan bohong itu adalah media-media massa yang dzimmah mereka telah hancur sejak beberapa waktu dulu dan ia mengangkat perkataan bohong sehingga umat meludahkannya sejak dulu. Selama mereka yang melemparkan tuduhan keadaannya seperti itu, baik penguasa maupun media massa, maka mereka tidak akan dicatat di dalam sejarah bahwa kehidupan mereka untuk Islam dan kaum muslim yang bisa mereka sebutkan di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Siapa saja yang dituduh oleh orang-orang yang kondisinya seperti itu, hendaklah dia tenang-tenang saja dalam hidupnya dan setelah matinya. Ada teladan bagi kita dalam apa yang dinukil oleh Ibn Sa’ad di dalam ath-Thabaqât al-kubrâ dari Umar ra. Ketika ia mengetahui bahwa orang yang menikamnya adalah seorang majusi kafir yang tidak bersujud kepada Allah, yang bisa ia jadikan argumentasi pada hari kiamat kelak; maka ia memuji Allah SWT. Begitulah keadaan setiap orang yang dilempari tuduhan, jika orang yang menuduh termasuk mereka yang terkategori sampah, maka hendaklah ia memuji Allah SWT.

Sesungguhnya Hizbut Tahrir, dengan izin Allah, merupakan ilmu yang melekat di tulang dan kebaikan yang di kepalanya adalah api, hari ini atau besok akan membakar lisan orang-orang yang melemparkan tuduhan palsu dan lisan-lisan mereka yang menyebarkan perkataan bohong. Sebagaimana Allah al-Muntaqim al-Jabbâr telah berfirman sebelumnya:

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS al-Qamar [54]: 51)

Akan tetapi yang demikian itu lewat begitu saja dari mereka, sehingga tidak ada dari mereka satu orang pun yang mengambil pelajaran atau mengambil ibrah! Namun yang pasti bagi mereka ada janji di sisi Allah yang tidak akan pernah diingkari.

وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. (QS Yûsuf [12]: 21)

Ditulis pada 10 Sya’ban 1430 H/31 Juli 2009


Selasa, 11 Agustus 2009

Saudara yang terdzalimi

Muslim Uighur juga manusia yang memiliki hak asasi untuk hidup dan bebas dari penjajahan bangsa lain. Namun pembantaian terakhir yang dilakukan aparat China dan etnis Han di Umruqi, dunia tidak bereaksi untuk mencegahnya. Terlebih, negeri-negeri muslim yang memiliki ikatan akidah Islam, diam “seribu bahasa” atas genosida muslim Uighur.

Hingga saat ini, kita belum melihat reaksi tegas dan keras pemerintah Indonesia terhadap kejahatan China di Xinjiang baru-baru ini. Yang kita dengar justru pernyataan Duta Besar Indonesia untuk China, Sudrajat yang menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin dan tidak akan pernah mencampuri urusan dalam negeri China. Sudrajat mengatakan:

“Apa yang terjadi di Xinjiang adalah urusan dalam negeri China dan kita menghormati kedaulatannya dan tidak akan campur tangan masalah itu.” (Antara, 12/7/2009)

Pemerintah Indonesia seolah-solah menyatakan bahwa genosida Muslim Uighur bukanlah masalah kemanusiaan yang harus dihentikan. Padahal menurut sumber di Wall Street Journal, sudah lebih dari 400 Muslim Uighur dibunuh. Namun, Indonesia lebih mempertimbangkan aspek nasionalisme dan modal.

Nasionalisme telah menjadikan pemerintah Indonesia hanya berpikir sebatas teritorial saja dan melupakan aspek kesamaan akidah yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia dan aspek kemanusiaan.

Nasionalisme telah menjebak negeri kita dalam cara berpikir jahiliyah. Padahal sejarah telah mencatat Rasulullah SAW sangat marah dengan pernyataan sahabat yang mengunggulkan nasionalisme Ansar dan nasionalisme Muhajirin. Rasul mengatakan: “apakah kamu masih menyerukan seruan-seruan Jahiliyah, padahal aku masih ada di tengah-tengah kamu?”. Dalam sebuah hadis Rasulullah juga bersabda:

“Barangsiapa berperang dibawah bendera kesesatan, ia marah karena kebangsaan, menyeru kepada kebangsaan (Ashabiyyah), atau membela kebangsaan, kemudian ia mati, maka kematiannya adalah mati jahiliyah.”(HR Muslim)

Di sisi lain, perkembangan China yang menjelma menjadi salah satu raksasa ekonomi baru dengan cadangan devisa di atas satu trilyun dollar telah menutup jalan pikiran pemerintah. Pemerintah lebih mempertimbangkan aspek modal dan ekonomi dibandingkan “pembunuhan manusia” yang dilakukan China. Tentunya pemerintah khawatir jika China menarik investasinya dan membatalkan kontrak-kontrak kerjasama ekonomi dengan Indonesia.

Masalah Muslim Uighur adalah masalah kemanusiaan di mana mereka memiliki hak yang sama sebagaimana manusia lainnya yang ingin hidup dengan aman, bebas dari penjajahan, dan berhak atas tanahnya sendiri. Masalah ini juga masalah bersama bagi kaum Muslimin di seluruh dunia yang berkewajiban membebaskan mereka dari penjajahan China. Dan sekali lagi, solusi masalah ini secara tuntas adalah dengan membebaskan kaum Muslim dari sekat-sekat jahiliayah nasionalisme dan bersatu dalam institusi Islam, yakni Khilafah. [JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS/ www.jurnal-ekonomi.org]

Seputar Ekonomi Neoliberalisme

Neoliberalisme (neoliberalism) merupakan sekumpulan kebijakan ekonomi yang merujuk kepada pemikiran bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith.[1] Ruh pemikiran ekonomi Adam Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Model pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire.

Adam Smith memandang produksi dan perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik maupun internasional.[2]

Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith mendukung prinsip “kebebasan alamiah”, yakni setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya tanpa campur tangan pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan dalam perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga kerja. Smith juga memandang pembatasan kebebasan ekonomi oleh pemerintah sebagai pelanggaran hak asasi manusia.[3]

Alasan utama Smith yang melarang intervensi pemerintah adalah doktrin invisible hands (tangan gaib). Menurut doktrin ini, kebebasan (freedom), kepentingan diri sendiri (self-interest), dan persaingan (competition) akan menghasilkan masyarakat yang stabil dan makmur. Upaya individu untuk merealisasikan kepentingan dirinya sendiri bersama jutaan individu lainnya akan dibimbing oleh ”tangan tak terlihat”. Setiap upaya individu mengejar kepentingannya, maka secara sadar atau pun tidak indvidu tersebut juga mempromosikan kepentingan publik.[4] Dengan kata lain, Smith mengklaim dalam sebuah perekonomian tanpa campur tangan pemerintah (laissez faire) yang mengedepankan nilai-nilai kebebasan (liberalisme), maka perekonomian secara otomatis mengatur dirinya untuk mencapai kemakmuran dan keseimbangan.

Sebagai varian baru dari pemikiran ekonomi liberal, neoliberalisme dilahirkan untuk menandingi pemikiran ekonomi Keynesian yang mendominasi Barat selama tiga puluh tahun. Krisis minyak yang dimulai pada akhir tahun 1973 mengakibatkan resesi ekonomi, pengangguran dan inflasi di atas 20% di sejumlah negara, dan menyeret negara-negara Dunia Ketiga tidak mampu membayar hutangnya. Sejak saat itu, negara-negara Kapitalis memandang doktrin Keynesian tidak mampu memberikan solusi bahkan dianggap sebagai penyebab krisis.[5]

Krisis minyak mendorong negara-negara Kapitalis menempuh cara baru di dalam mengelola perekonomiannya. Pembatasan fiskal dan kontrol atas money supply menjadi tren baru kebijakan ekonomi di negara-negara Barat. Tahun 1976, IMF memaksa Inggris memangkas belanja publik dan melakukan kontrol ketat atas inflasi. Menurut Norena Heertz, mulai saat itu doktrin Keynesian dengan big government-nya telah sekarat atau bahkan mengalami kematian.[6]

Kesimpulan Heertz tentang matinya doktrin Keynesian tergambar dalam pidato Perdana Menteri Inggris James Callaghan dalam Kongres Partai Buruh. Ia mengatakan: ”Selama ini, kita berpikiran bahwa anda dapat mengatasi krisis dan meningkatkan kesempatan kerja dengan menaikkan pengeluaran pemerintah. Saya beritahukan kepada anda bahwa sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi.” Di Amerika Serikat, Presiden Carter pun mengambil langkah memangkas pengeluaran publik sebagai bagian dari stimulus ekonomi.[7]

Di samping doktrin utama laissez faire dan pasar bebas (free market) yang sudah ada sejak Kapitalisme liberal Adam Smith, doktrin ekonomi neoliberal dikembangkan ke dalam kerangka liberalisme yang lebih sistematis. Elizabeth Martinez and Arnoldo Garcia menjelaskan lima kerangka utama neoliberalisme.[8]

1. Free market

Dalam konsep free market swasta dibebaskan dari keterikatannya terhadap negara dan tanggung jawab atas permasalahan sosial yang terjadi karena aktivitas perusahaan mereka. Pengurangan tingkat upah dengan menghapus serikat-serikat pekerja dan memotong hak-hak buruh. Harga dibiarkan bergerak tanpa intervensi pemerintah. Kebebasan total di dalam perpindahan modal, barang, jasa. Para pengusung free market senantiasa menyatakan: ”Pasar yang tidak diatur adalah jalan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan memberikan keuntungan bagi setiap orang.”

2. Pembatasan anggaran belanja publik

Anggaran publik seperti kesehatan, pendidikan, pemenuhan air bersih, listrik, jalan umum, fasilitas umum, dan bantuan untuk orang miskin harus dikurangi dan dibatasi sehingga tidak membebani APBN. Pandangan ini sama saja dengan mengurangi peranan pemerintah dalam perekonomian dan pemenuhan kebutuhan publik. Namun di balik paham neoliberal ini, kalangan korporasi dan pemilik modal sangat mendukung subsidi dan pengurangan pajak yang menguntungkan bisnis mereka.

3. Deregulasi

Mengurangi atau bahkan menghapus peraturan-peraturan yang menghambat kepentingan bisnis korporasi dan pemilik modal.

4. Privatisasi

Menjual badan usaha, barang atau pelayan yang menjadi milik negara (BUMN) kepada investor, khususnya aset-aset dalam bentuk bank, industri-industri kunci, kereta api, jalan tol, listrik, sekolah, rumah sakit, dan air bersih. Alasan utama dilakukannya privatisasi untuk mengejar efisiensi. Namun pada faktanya privatisasi justru menciptakan konsentrasi kekayaan ke tangan segelintir orang-orang kaya sedangkan rakyat harus menanggung beban harga-harga public utilities yang mahal.

5. Menghilangkan konsep barang publik

Pemindahan tanggung jawab pengadaan barang dan layanan publik dari tangan negara menjadi tanggung jawab individu. Dengan kata lain, masyarakat harus menemukan sendiri solusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka akan barang-barang publik.

Menurut I. Wibowo, kelahiran neoliberalisme didorong empat faktor utama, yaitu (1) munculnya perusahaan multinasional (multinational corporations – MNC) sebagai kekuatan riil dengan nilai aset lebih besar dari pada kekayaan yang dimiliki oleh negara-negara kecil. (2) Munculnya organisasi (rezim internasional) yang berfungsi sebagai surveillance system (sistem pengawasan) dalam memastikan prinsip-prinsip ekonomi liberal berjalan atas seluruh negara di dunia. (3) Revolusi bidang teknologi komunikasi dan transportasi yang menjadi katalisator dan fasilitator terlaksananya pasar bebas dan perdagangan bebas secara cepat ke seluruh dunia. (4) Keinginan negara-negara kuat untuk mendominasi dan menciptakan hegemoni atas negara-negara yang lebih lemah.[9]

Kelahiran neoliberalisme tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ideologi Kapitalisme.[10] Karakter liberal yang bersumbu pada ”kebebasan” dan menonjolkan ”kepentingan individu” senantiasa menjadikan kegiatan ekonomi berjalan seperti hukum rimba. Philosuf Inggris Herbert Spencer memandang seleksi alam (survival of fittest)[11] sebagai prinsip wajib kegiatan ekonomi dalam sistem Kapitalisme.[12] Konsekwensinya, perekonomian berjalan dengan cara menindas yang lemah dan memfasilitasi yang kuat (pemilik modal) agar alokasi sumber daya (resources) dan penguasaan pasar berada di tangan pemilik modal.

Kapitalisme merupakan ideologi yang tegak di atas asas Sekularisme yang tumbuh dan berkembang pertama kali di Eropa. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan dan mengharamkan peranan Tuhan terhadap pemecahan permasalahan manusia, termasuk menentukan nilai baik dan buruk, benar dan salah.[13] Sekularisme menempatkan rasio (akal) manusia dan emperisme di atas segala-galanya.[14] Dengan Sekularisme, Kapitalisme memandang dunia dan memecahkan permasalahan kehidupan. Akibatnya Kapitalisme menjadi ideologi yang tidak bermoral, mengedepankan profit dan kepuasan materi, serta menindas umat manusia.

Menurut Betrand Russel, inti pemikiran yang terkandung dalam Sekularisme adalah kebebasan individu.[15] Kebebasan indvidu diperlukan untuk menjaga dan menyebarkan Sekularisme ke seluruh dunia. Kebebasan individu tersebut dibagi ke dalam empat jenis, yaitu: kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan berpendapat (freedom of speech), kebebasan kepemilikan (freedom of ownership), dan kebebasan berperilaku (freedom of behavior).[16]

Kebebasan kepemilikan adalah paham yang memandang seseorang dapat memiliki harta/modal dan mengembangkannya dengan sarana dan cara apa pun.[17] Dari prinsip kebebasan kepemilikan inilah lahir pandangan tentang sistem ekonomi Kapitalis. Bahkan karena peranan pemilik modal (kaum kapitalis) sangat menonjol dalam negara sehingga merekalah penguasa sebenarnya daripada para politisi, maka ideologi yang berasas Sekularisme ini pun disebut ideologi Kapitalisme.[18]

Implikasi kebebasan kepemilikan sebagai bagian dari kebebasan individu adalah dominasi kepemilikan individu di tengah perekonomian. Meskipun prinsip kebijakan negara menata jalannya perekonomian tanpa campur tangan pemerintah (laissez faire), namun karena dominasi pemilik modal atas sistem politik dan perundang-undangan, kebijakan negara justru tunduk pada kepentingan kaum kapitalis.

Sektor-sektor perekonomian yang secara faktual menguasai hajat hidup orang banyak atau semestinya dikuasai negara untuk mencegah konsentrasi kepemilikan di tangan segelintir orang malah diserahkan kepada mekanisme pasar yang sudah jelas didominasi kaum kapitalis. Secara logis laissez faire hanya menjadi alat kaum kapitalis untuk mencegah dominasi negara atas perekonomian, menghalang-halangi distribusi kekayaan yang adil di tengah masyarakat, dan menjadikan negara sebagai alat untuk melegalisasi ”kerakusan” kaum kapitalis. Dalam sistem ini fungsi negara hanyalah untuk merealisasikan kepentingan segelintir individu saja.

Adapun perubahan pemikiran ekonomi dari mainstream (aliran utama) ekonomi pasar yang liberal ke mainstream Keynesian yang sarat intervensi negara (big government) pasca Depresi Besar (Great Depression) 1929, dan kembali liberal pasca krisis minyak dunia 1973 dengan mainstream neoliberalnya merupakan dinamika pemikiran ekonomi yang berkembang dalam sistem Kapitalisme. Dinamika pemikiran ini tidak mengubah ideologi Kapitalisme itu sendiri walau pun di dalamnya terdapat aliran-aliran pemikiran yang saling bertolakbelakang dan kebijakan yang saling kontradiktif. Sebab hakikatnya tidak ada perubahan pada asas Sekularisme yang menjadi pikiran pokok dan standar nilai Kapitalisme. Perubahan hanya terjadi pada pemikiran cabang ideologi ini, yakni pemikiran ekonomi.

Ketika ekonomi pasar mengalami kehancuran konseptual dengan krisis berat yang melanda Barat pada 1929, J.M. Keynes maju dengan pemikiran yang bertolakbelakang dengan ekonomi pasar yang terangkum dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money (pertama kali terbit 1936). Keynes menawarkan alternatif bahwa negara harus melakukan intervensi untuk mengangkat kembali perekonomian dari keterpurukan. Negara harus mengisi kekosongan peranan swasta yang sebelumnya mendominasi perekonomian. Negara harus menjalankan kebijakan defisit dengan membuat anggaran belanja yang lebih besar untuk menciptakan lapangan kerja.

Apa yang dilakukan Keynes dan kemudian diadopsi oleh negara-negara Barat bukanlah sebuah pengingkaran terhadap Kapitalisme. Menurut Mark Skousen, Keynes justru menjadi penyelamat Kapitalisme dari kehancuran.[19] Meskipun pemikiran ekonominya bertolakbelakang dengan doktrin laissez faire, Keynes tidak melepaskan tolak ukur pemikirannya dari Sekularisme.[20]

Abdurrahman al-Maliki memandang Kapitalisme sebagai sistem ekonomi dengan strategi ”tambal sulam”. Strategi ini digunakan untuk menutupi kebobrokan Kapitalisme dan melestarikan keberadaan institusinya dari kebangkrutan. Strategi ”tambal sulam” dijalankan dengan cara mencangkokkan ide tentang keadilan sosial ke dalam negara (welfare state) dengan konsekwensi pergeseran peranan ekonomi dari tangan swasta ke tangan negara (big government).[21]

James Petras melihat dalam sebuah rezim yang menganut Kapitalisme, pemerintah memiliki dua buah rencana. Yakni rencana yang beroirentasi liberal (neoliberalism) dan berorientasi kesejahteraan sosial (social welfare). Jika kebijakan orisinil (ekonomi liberal) mengalami kegagalan maka pemerintah akan mengubah orientasi kepada kesejahteraan sosial. Perubahan ini semata-mata untuk merebut hati masyarakat dengan tujuan mempertahankan kekuasaan dan sistem.[22]

Dinamika pemikiran ekonomi yang saling bertolakbelakang dalam Kapitalisme merupakan konsekwensi logis dari ideologi ini dalam menentukan sumber hukum. Sebab sumber hukum dalam Kapitalisme digali dari realitas,[23] sehingga perkembangan pemikiran ekonomi sangat bergantung pada perkembangan realitas ekonomi di tingkat domestik dan dunia. Sedangkan realitas ekonomi yang berkembang merupakan hasil penerapan Kapitalisme itu sendiri. Jika realitas ekonomi tidak kondusif bagi Kapitalisme yang memaksa negara memodifikasi kebijakan ekonominya secara prinsipil, maka itulah tanda kelemahan dan kebobrokan sistem Kapitalisme.

Misalnya, realitas sekarang menunjukkan krisis finansial global yang terjadi sejak 2007 telah meluluhlantakkan sistem keuangan negara-negara kapitalis dengan kerugian trilyunan dolar AS, dan ancaman kebangkrutan tidak hanya menimpa korporasi finansial tetapi juga korporasi yang bergerak di sektor riil di seluruh dunia. Jika negara-negara kapitalis tidak melakukan intervensi di sektor finansial dan penyelamatan sektor riil untuk menjaga konsistensi doktrin laissez faire, maka sudah dapat dipastikan sistem keuangan Barat berada di jalan buntu, kebangkrutan korporasi secara massal, PHK yang jauh lebih besar dari PHK massal tahun ini (2008), jatuhnya daya beli masyarakat dalam tingkat yang siknifikan, dan kepanikan yang sangat mungkin menciptakan prahara ekonomi jauh lebih dasyat dibandingkan Depresi Besar 1929.

Karena itu bailout dan berbagai bentuk intervensi lainnya yang terjadi secara massive harus dilihat sebagai upaya penyelamatan institusi ideologi Kapitalisme walau pun negara-negara penganut Kapitalisme harus mengingkari ”akidah” ekonominya yakni laissez faire.[24] Di satu sisi intervensi ini mencerminkan negara-negara kapitalis telah berlaku ”munafik”,[25] di sisi lain intervensi tersebut merefleksikan ”konsistensi” negara kapitalis dalam melindungi kepentingan pemilik modal dan selalu membebankan biayanya ke pundak rakyat.

Realitas ekonomi yang buruk pada dasarnya cermin kegagalan sistem Kapitalisme. Meskipun secara institusi Kapitalisme belum berakhir, namun secara konseptual (ide) Kapitalisme telah mengalami kebangkrutan bahkan sejak Depresi Besar 1929.

Sebagai ideologi buatan manusia yang tentu saja memiliki cacat bawaan, negara-negara kapitalis senantiasa melakukan metode tambal sulam untuk menutupi kebobrokan Kapitalisme. Jika sekarang di negara-negara Barat Laissez Faire sedang dicampakkan, neoliberalisme sedikit dipinggirkan dengan adanya nasionalisasi parsial, maka hakikatnya Barat sedang menambal kecacatan ideologi untuk mencegah keruntuhan institusinya. Tambal sulam ini dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, yakni pada saat pemerintahan-pemerintahan Barat tidak dapat menghadapi realitas ekonomi di negara mereka hanya dengan laissez faire.[26] []

Hidayatullah Muttaqin adalah dosen tetap Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan Ketua Lajnah Siyasiyah DPD I HTI Kalimantan Selatan.


[1] Lihat Mansour Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, (Yogyakarta: INSIST Press, 2003), hal. 54.

[2] Mark Skousen, Sang Maestro “Teori-Teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Ekonomi, (The Making of Modern Economics, The Lives and Ideas of the Great Thinkers), alih bahasa Tri Wibowo Budi Santoso, cet. ii, (Jakarta: Prenada, 2006), hal. 21-22.

[3] Ibid, hal. 22.

[4] Ibid, hal. 26.

[5] Norena Heertz, Hidup di Dunia Material: Munculnya Gelombang Neoliberalisme, dalam Neoliberalisme, editor I. Wibowo dan Francis Wahono, cet. i, (Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003), hal. 19.

[6] Ibid, hal. 19-20.

[7] Ibid, hal. 20.

[8] Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia, What is Neoliberalism?, http://www.corpwatch.org/article.php?id=376

[9] I. Wibowo dalam Neoliberalisme, hal. 3-5.

[10] James Petras memandang Neoliberalisme dan globalisasi tidak dapat dipisahkan dari ideologi Kapitalisme yang memiliki watak imperialis. Lihat James Petras (13/11/2004), The Politics of Imperalism: Neoliberalism and Class Politics in Latin America, Counter Punch, http://counterpunch.org/petras11132004.html

[11] Survival of the fittest (seleksi alam) adalah istilah yang digunakan oleh Darwin untuk menjelaskan bagaimana hewan mempertahankan hidupnya. Ia mencontohkan serigala. Untuk mendapatkan masangnya, serigala memperolehnya sebagian dengan tipu muslihat, sebagian dengan kekuatan, sebagian lagi dengan kecepatan. Jika mangsa yang ada hanya rusa yang larinya cepat, sedangkan mangsa-mangsa lainnya yang lebih lemah jauh berkurang, maka serigala harus dapat memangsa rusa agar dapat bertahan hidup. Menurut Darwin, hanya serigala-serugala yang memiliki kekuatan dan kecepatan berlari serta ramping yang dapat memangsa rusa sehingga serigala inilah yang dapat bertahan hidup, sedangkan serigala-serigala yang lemah akan sulit bertahan hidup. Dengan cara inilah alam menyeleksi sendiri serigala mana yang dapat bertahan hidup. Lihat: Charles Darwin, The Origin of Species: Asal Usul Spesies, alih bahasa F. Susilohardo dan Basuki Hernowo, cet. I, (Yogyakart: Ikon Teralitera, 2002), hal. 96.

[12] Pandangan ini dimuat Spencer dalam bukunya Principles of Biology. Lihat Wikipedia, Survival of the Fittest, http://en.wikipedia.org/wiki/Survival_of_the_fittest

[13] Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam, (Nizham al-Islam), alih bahasa Abu Amin dkk, cet. Ii (revisi), (Bogor: Pustaka Thariqul ‘Izzah, 2001), hal. 41.

[14] M. Amin Rais, Cakrawala Islam, cet. i, (Bandung: Mizan, 1987), hal. 91.

[15] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno hingga Sekarang (History of Western Philosophy and Its Connection with Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present Day), alih bahasa Sigit Jatmiko dkk, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 647

[16] Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur, Haram Mengambil, Menerapkan, dan Menyebarluaskannya (Ad-Dimukratiyah Nizham al-kufr), alih bahasa M. Shiddiq al-Jawi, cet. II, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2001), hal. 4-5. Lihat juga an-Nabhani, hal. 39.

[17] Ibid, hal. 77.

[18] An-Nabhani, hal. 40.

[19] Mark Skousen, hal. 397-398.

[20] Sebagai individu, saat dewasa Keynes menyukai hubungan sejenis. Keynes menganggap dirinya sebagai orang yang menjijikkan. Ia merupakan anggota Apostles, yakni sebuah masyarakat rahasia di Cambridge. Apostles di masa kepemimpinan G.E. More menganggap homoseksualitas secara moral adalah superior (lihat Mark Skousen, hal. 400). Keperibadian Keynes ini menunjukkan bagaimana cara berpikir sekuler dengan paham kebebasan individunya sangat mempengaruhi tata perilaku Keynes termasuk pemikiran-pemikirannya di bidang ekonomi.

[21] Abdurrahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, (as-Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla), cet. i, (Bangil: al-Izzah, 2001), hal. 3.

[22] Lihat James Petras.

[23] An-Nabhani, hal. 51.

[24] Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mendeklarasikan bahwa sistem pasar sebagai jalan terbaik telah berakhir. Sarkozy mengatakan: “The idea of the all-powerful market that must not be constrained by any rules, by any political intervention, was mad. The idea that markets were always right was mad.” Lihat: Elitsa Vucheva, France: Laissez-Faire Capitalism is Over, http://www.businessweek.com/globalbiz/content/sep2008/gb20080929_019959.htm

[25] Presiden AS George W. Bush secara politis tidak mau mengakui krisis finansial sebagai bukti kegagalan sistem pasar. Dalam KTT APEC di Lima, Peru, Bush bahkan sangat yakin sistem pasar bebas sebagai jalan keluar atas krisis keuangan global. Lihat BBC Indonesia, Bush Andalkan Pasar Bebas, http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081122_bushapec.shtml

[26] Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam, (an-nidlam al-Iqtishadi fil Islam), alih bahasa Moh. Maghfur Wachid, cet. vii, (Surabaya: Risalah Gusti), hal. 29.

By : Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI