Selasa, 03 Maret 2009

Wisata utk refresshing Fikiran Kita

KABUPATEN BOYOLALI
WANA WISATA DAN WADUK KEDUNGOMBO
Mendengar kata Kedungombo tentunya pikiran orang langsung terarah kepada sebuah waduk yang berukuran raksasa. Pasalnya, waduk ini sempat menggegerkan bahkan mewarnai pentas politik nasional di akhir tahun delapan puluhan dan awal tahun sembilan puluhan. Bukan itu saja, pihak-pihak asing terutama negara-negara maju mengungkit-ungkit masalah ini hampir di setiap forum internasional. Peristiwa penggusuran 37 desa yang terkena pembangunan waduk di klaim telah melanggar hak asasi manusia. Mereka hanya melihat sisi negatifnya padahal sesungguhnya ada dampak positif yang lebih besar. Kesejahteraan masyarakat sudah pasti meningkat. Tidak hanya 37 desa melainkan ratusan desa dapat memanfaatkan sumber daya waduk ini untuk kebutuhan mereka di berbagai sektor. 

Waduk Kedungombo berlokasi pada pertemuan tiga kabupaten yakni Boyolali, Sragen dan Grobogan. Luas areal seluruhnya 5.898 hektar dengan genangan 46 km2 dan volume air sebesar 731.000.000 m2. Panjang bendungan utamanya 1,6 Km, lebar bagian atas dan bawah masing-masing 12 meter dan 362 meter. Tinggi elevasi puncak 96 meter dan tinggi di atas pondasi terendah 66 meter. Badan bendung terdiri dari urugan batu, elay dan tanah khusus dari Juangi yang kedap air, seluruhnya berjumlah 7.000.000 m2. Awalnya dibangun khusus untuk mengendalikan banjir daerah serang bawah, yaitu Welahan Bum, Kedung Semat, Lembah Juana dan Glapan Sedadi yang disebabkan oleh air sungai Serang. Akan tetapi dengan berfungsinya Kedungombo, sekarang airnya dapat mengiri sawah sekitar 60.000 hektar. Di samping itu, air waduk digunakan juga sebagai pembangkit listrik (PLTA) dan sumber air minum yang dikelola PDAM. 

Sebagai obyek wisata, kawasan ini menawarkan sejuta pesona keindahan alamnya yang khas. Ketika masih dalam perjalanan dari Boyolali menuju obyek lain, kita sudah terhanyut dalam kesejukan alami, kesejukan alam lingkungan tempo dulu yang didambakan segenap manusia masa kini terutama masyarakat kota yang selalu dihantui ketegangan, kejenuhan, kebosanan oleh beban dan rutinitas kehidupan kota. Kendatipun jarak yang ditempuh dari Boyolali ke Kedungombo cukup jauh yakni sekitar 40 Km, namun suasana terik matahari yang menyengat tidak terasa. Sepanjang perjalanan, di kanan kiri jalan ada hutan jati dan sedikit mahoni yang selalu siap memberi keteduhan dan memancarkan oksigen (O2) segar.

Begitu memasuki kawasan wisata utama, para wisatawan akan merasa seolah dibawa kepada alam kehidupan lain. Dari pintu gerbang memandang ke timur tampak hutan wisata dengan latar belakang air Waduk Kedung Ombo. Perpaduan antara nuansa alami dengan panorama buatan hasil kreasi manusia sangat menakjubkan. Di sinilah misteri kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan Sang Pecipta Alam Semesta sungguh terjelma dan tampak nyata untuk mengisi "kehausan jiwa" para wisatawan. Suatu pemandangan unik bagaikan langit dan bumi bertemu menyatu dalam satu pesona yang tersalur-terwujud melalui akal budi manusia. 

Wana wisata Kedungombo yang merupakan primadona di kawasan ini begitu menawan. Obyek yang terletak di Desa Ngeboran Kecamatan Kemusu ini barangkali dibuka dengan harapan agar wisatawan yang datang untuk menyaksikan dari dekat Waduk Kedungombo merasa aman, nayaman dan betah. Pepohonan jati dan mahoni yang tertata rapi menawarkan suatu kenikmatan tersendiri. Dan sebagai daya tarik bagi wisatawan, di dalam hutan wisata tersebut dilengkapi dengan tempat duduk dan tempat peristirahatan, tempat informasi, sarana bermain, pemancingan, gardu pemandangan atau shelter, sarana air bersih, dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan roda empat persis di tepi waduk atau di depan tempat peristirahatan. Satu hal yang menarik juga bahwa di dalam lokasi wana wisata disediakan tempat khusus untuk wisatawan yang hendak berkemah. 

PEMANDIAN UMBUL PENGGING
Dari Boyolali menyusuri jalan raja Semarang - Surakarta ke arah timur sampailah kita di Bayudono. Tepatnya pada satu jalan beraspal ke kanan (selatan), bergerak mengikuti arah menuju ke Klaten kita akan tiba di desa Dukuh. Di desa inilah pada bagian kiri jalan terlihat sebuah pemandian yang unik, pemandian Umbul Pengging namanya. Jika diukur dari Boyolali, jaraknya 12 Km. Atau ditempuh dari Kota Surakarta berjarak 17 Km ke barat. Konon, menurut ceritera tempat ini pada jaman dahulu digunakan sebagai pemandian bagi raja-raja dari Kasunana Surakarta beserta keluarganya. Maka di tempat ini pula dilengkapi tempat peristirahatan yang dibangun persis di tepi kolam pemandian. Akan tetapi, pada masa sekarang seiring dengan bergulirnya waktu serta dikuranginya peranan keraton terhadap aspek kehidupan masyarakat umumnya, maka tempat ini tidak lagi menjadi milik raja melainkan untuk umum. Hak pengelolaannya juga beralih ketangan Pemerintah Kabupaten Boyolali. 

Kini di hari-hari libur pemandian ini banyak dikunjungi para wisatawan. Pada hari Padusan menjelang bulan puasa yaitu pada tanggal 29 dan 30 Ruwah, wisatawan yang berkunjung ke sini mencapai puluhan ribu. Padusan berasal dari kata "adus" yang berarti mandi adalah sebuah upacara tradisional penduduk daerah Surakarta dan sekitarnya. Upacara ini sudah menjadi acara rutin setiap tahun karena diyakini bahwa mandi di tempat tersebut orang menjadi suci dirinya sehingga ketika melakukan ibadah puasa tidak ada lagi hambatan dan beban. Suasana puasa akan terasa aman, tentram dan bersih dari segala perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan suara hati dan kepercayaannya. 

Dengan demikian upacara ini cukup banyak mendapat perhatian yang besar tidak hanya dari Boyolali melainkan juga dari Kartasura, Surakarta, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Yogyakarta dan daerah-daerah lain. Obyek wisata Pemandian Umbul Pengging memberi nuansa tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung. Ketika menginjakkan kaki di pintu gerbang, suasana kesejukan alami segera terasa. Ada sebuah pohon besar persisi berada di depan pintu masuk. Pohon dengan daun-daunnya yang lebat itu menaungi sepenuh halaman masuk ke obyek yang sesungguhnya. dan begitu memasuki areal satu ini perasaan senang, gembira dan haru bercampur menyatu menjadi suatu kenikmatan yang tiada duanya. Hal ini didukung oleh tersedianya berbagai fasilitas yang ada didalamnya. Wisatawan yang ingin mandi atau berenang telah disediakan tiga buah kolam pemandian dengan air yang alami. Wisatawan yang ingin memancing bisa memanfaatkan dua buah kolam ikan sebagai arena pemancingan umum. Di sini pula ada lapangan tenis yang memiliki dua baan; tempat rekreasi untuk bermain anak-anak; tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan empat; tempat penitipan sepeda dan beberapa buah warung makan yang menyediakan masakan khas setempat seperti pecel lele dan welut goreng, serta panggung kesenian terbuka. Tiga kolam pemandian yang berada di dalam areal wisata ini adalah:
• Umbul Penganten, menurut sejarah, pada jaman dahulu di pemandian ini terdapat dua buah umbul (sumber air alami). Suatu saat terjadi kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X. Begitu melihat ada dua umbul yang letaknya sangat berdekatan, beliau bersabda sehingga kedua umbul tadi terpatri menyatu. Bersatulah kedua umbul ini kemudian diibaratkan sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Akhirnya umbul tersebut diberi nama Umbul Penganten. 
• Umbul Ngabean, kolam ini pada jaman Sri Paduka Susuhunan Pakubuwana ke X khusus hanya dipergunakan untuk mandi keluarga. Raja Kasunanan Surakarta. Nama Ngabean sebetulnya berasal dari kata Ngabehi, pangkat penjaga kolam waktu lalu. Umbul Ngabean juga berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter, kedalaman 1,50 meter. Dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, toilet dan kamar mandi. 
• Umbul Duda, Kisah munculnya kata "duda" berawal dari ditemukannya seekor kura-kura (bulus dalam bahasa Jawa) berjenis kelamin jantan. Oleh karena tidak ada kura-kura yang lain baik sesama jantan maupun betina maka tempat di mana ia hidup diberi nama Umbul Duda. 

PEMANDIAN UMBUL TLATAR
Pemandian Umbul Tlatar merupakan pemandian alam yang terletak di desa kebondimo Kecamatan Boyolali Kota atau 5 Km sebelah utara Kota Boyolali. Pemandian ini pada jaman dahulu pernah dikunjungi Sri Paduka Susuhunan Pakubuwono X dari Surakarta. Sebagai tandanya, raja Surakarta itu menanam sebuah asam di dalam kolam pemandian yang hingga kini masih ada. Berkunjung ke kawasan obyek wisata ini terasa nikmat. Selain mandi, para wisatawan dapat memanfaatkan waktu senggangnya untuk mempelajari seluk belum pemeliharaan ikan. Dan bagi mereka yang ingin membeli ikan tempat ini telah menyediakan ikan bibit dan ikan konsumsi untuk dibawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh. Air yang mengisi dua buah kolam pemandian bersumberkan air alami. Begitu juga kebutuhan air untuk kolam ikan dan minuman ternak berasal dari sumber yangs ama dengan kolam pemandian. Karena debit airnya yang besar, sumber air ini dimanfaatkan oloeh PDAM Boyolali untuk kehidupan masyarakatnya. Terutama untuk kebutuhan air minum, memasak, mencuci dan berbagai kebutuhan lain. Menurut rencana, di obyek wisata ini akan dibangun lagi kolam renang, dan akan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang lain sebagai daya tarik bagi wisatawan seperti lapangan tenis.

KABUPATEN KARANGANYAR
TAWANGMANGU
Berbicara tentang obyek wisata yang berada di Kabupaten Karanganyar, maka yang akan muncul pertama dalam benak wisatawan adalah suatu daerah yang terdapat di kaki Gunung Lawu yaitu Tawangmangu yang menawan, dengan wisata budaya maupun wisata alam sangat berbeda bila dibandingkan dengan daerah lainnya di jawa tengah. Tawangmangu berada pada ketinggian 1.000 meter datas permukaan air laut, berpanorama indah, dengan iklim sejuk dan telah terkenal sejak tempo doeloe sebagai arena wisata keluarga. Tawangmangu dapat ditempuh dengan kendaraan umum dari beberapa jurusan seperti dari Solo, Sukoharjo, Klaten dan berbagai daerah lain di pulau jawa. Dari Solo Ke Tawangmangu hanya 42 Kilometer atau Solo-Tawangmangu melewati daerah Sarangan dengan jarak 13 kilometer. Khusus untuk angkutan umum yang melayani trayek Tawangmangu, frekuensi perjalanan kurang lebih 40 kali setiap hari/ bus. Hutan Wisata Grojogan Sewu, Masuk lokasi hutan wisata Grojogan Sewu, wisatawan akan disamput suara serangga hutan yang bertalu-talu. Di sanapun wisatawan akan menyaksikanbanyak kera bergantungan kes sana kemari menantikan uluran tangan wisatawan. dam merupakan atraksi yang sangat unik dan menyenangkan. Setelah tiba dilokasi yang datas, obyek pertama yang ditemui wisatawan adalah kolam renang untuk anak-ana. Berjalan sekitar 10 meter dari kolam renang, wisatawan akan menjumpai air terjun Grojogan Sewu dengan ketinggian ± 80 meter. Menyaksikan keindahan Grojogan Sewu yang terjun bebas dari atas bukit karang disertai perikan air, dan kabut yang menghiasinya. Keadaan ini akan bertambah asyik lagi karena wilayah ini berselimutkan pepohonan pinus yang tumbuh subur dan rindang. Di Hutan wisata ini tersedia beberapa fasilitas antara lain warung makan, pedagang asongan, pondok pemantauan dan lain-lain. Ada juga sate khas Tawangmangu yaitu sate kelinci yang disuguhkan dengan gaya tradisional..

TAMAN WISATA BALEKAMBANG
Setelah menikmati kesegaran dan kenyamanan air terjun,masih ada lagi tawaran yang menarik untuk disaksikan. Adalah Taman wisata Balekambang yang terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Tawangmangu dengan Solo dan sekitarnya. taman ini merupakan tempat yang sangat cocok bagi para orang dewasa maupun reaja. Bagi wisatawan yang datang bersama rombongan, lokasi ini strategis sebagai salah satu pilihan berwisata. Taman Balekambang dilengkapi dengan aneka fasilitas seperti arena permainan anak-anak, lokasi bersepeda, dan kolam renang. Bagi wisatawan yang ingin berolah raga, di sini tersedia lapangan tennis yang ukurannya telah memenuhi syarat umum sebuah lapangan. Bermain sambil menghirup udara bersih merupakan sesuatu yang jarang wisatawan dapatkan di ktoa besar. Arena permainan anak-anak antara lain ayunan, timbangan, papan luncur, komidi putar, sepeda santai dan lain-lainnya. Di dekat obyek ini terdapat ruang pameran lukisan dari berbagai aliran yang ditata cukup rapi. 

CAMPING SITE
Bagi wisatawan yang senang menyatu dengan alam atau sekedar melepaskan beban dari rutinitas kota, terutama para kawula muda dari berbagai jenjang pendidikan, tempat ini amat cocok sebagai lokasi perkemahan. Setelah uijian sekolah selesai maka untuk melepaskan beban dan kejenuhan setelah beberapa bulan berkutat dengan buku pelajaran dan rutinitas lainnya, serta bagi para anggota Pramuka yang berada di sekitar Karanganyar, camping site merupakan tempat cukup ideal. Bumi perkemahan ini berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan air laut, pada hari libur sekolah maupun libur nasional, lokasi ini sangat ramai dengan orang membangun tenda.

PEMANDIAN AIR HANGAT CUMPLENG DAN SAPTO TIRTA
Pemadian Air Hangat Cumpleng merupakan sumber air hangat alami yang dipercaya memiliki khasiat pemyembuhan penyakit kulit. Sumber air pamblengan merupakan pemandian bersejarah peninggalan masa kerajaan mangkunegaran VI. Terdapat bangunan sakral berupa pemandian terbuka yang disebut Pemandian Kepuntren, yang memiliki 6 kamar mandi. Pamblengan mempunyai tujuh macam sumber air alami berbeda jenis yang letaknya sangat berdekatan, yaitu Air Hangat, Air Dingin, Air Hidup, Air Mati, Air Soda, Air Bleng/Asin, dan Air Urus-Urus.

GUA NIPON
Merupakan obyek wisata alam petualangan dan sebagai tempat sejarah peninggalan penjajahan Jepang. Terletak di desa Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso dengan ketinggian + 1000 m dpl. Tempat tersebut merupakan persembunyian tentara Jepang pad saat melawan Belanda pada agresi Belanda yang ke-2. 1 km sebelum Gua Nipon terdapat area perkemahan yang sangat potensialuntuk rekreasi keluarga.

SITUS PURBAKALA 
• Watu Kandang
Terletak di wilayah Kecamatan Matesih, dikenal sebagai bentuk pra candi sebelum ada seni bangunan candi di Indonesia, berupa kelompok batu berdiri, yang diperkirakan sudah berusia sangat tua. 
• Giyanti
Situs ini terletak di Desa Jatiharjo merupakan situs yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai tempat penandatanganan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua yakni Surakarta dan Jogyakarta. 
• Palangatan 
Situs Purbakala Palanggatan sering disebut sebagai Candi Palanggatan dan Situs Purbakala Candi Menggung. 
• Menggung 
Situs Purbakala Menggung sering disebut sebagai lingkungan Candi Menggung, hingga kini masih dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Pada setiap terbitnya wuku dukut perhitungan kalender Jawa, diselenggarakan upacara tradisi “Dhukutan” yang dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit. 
• Astana Mangadep
Di lereng Gunung Lawu, atau tepatnya di wilayah Kab. Karanganyar terdapat berbagai pusat kegiatan Ziarah ke makam petilasan para leluhur. Antara lain Astana Mangadeg, Astana Girilayu, Alas Krendowahono, Bulakkragen, Astana Temuireng, Petilasan Putra Serang, Puncak Gunung Lawu, Bukit Jabakanil 
• Ki Ageng Pamacekan
Merupakan wisata ziarah ke makam Ki Ageng Pasek (Pamacekan), yaitu leluhur bali yang dimakamkan di Desa Pasekan, Karangpandan dalam rangka perjuangan. Selain berziarah dapat pula disaksikan acara-acara ritual agama Hindu, di dukung panorama alam sekitara yang mempesona. 

KABUPATEN KEBUMEN
GUA JATIJAJAR
Gua Jatijajar terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Gua ini terbentuk dari batu kapur, ditemukan pertama kali pada tahun 1902, oleh Jayamenawi. Awal kisahnya, ketika ia sedang merumput tiba-tiba kakinya terperosok ke dalam sebuah lubang, setelah diselidiki ternyata lubang tersebut adalah "ventilasi" langit-langit sebuah gua yang belum diketahui di dalamnya. Penyelidikan dilanjutkan, ternyata di dalam keadaan gua ditemukan 4 sendang (sungai) yang mempunyai khasiat berbeda. Misalnya, sendang Puser Bumi dan sendang Jombor, menurut ceritera rakyat (legenda/mitos) di sekitarnya mempunyai khasiat orang kaya, mendapat jodoh dan sebagainya. Di dalam Gua Jatijajar terdapat stalagtit dan stalagmit, serta tiang pilar kapur yang merupakan pertemuannya sebagai akibat terbentuknya endapat tetesan air hujan, secara kimiawi terjadi reaksi/ senyawa denganbatuan yang ditembusnya. 

Gagasan pertama menjadikan Gua Jatijajar sebagai obyek wisata, dilontarkan mendiang Supardjo Rustam, pada tahun 1975 yang ketika itu menjabat Gubernur Propinsi Jawa tengah, pelaksanaan pembangunan dipercayakan kepada CV. AIS dari Yogyakarta. Fasilitas yang dibangun adalah pemasangan lampu listrik sebagai alat penerangand alam gua membantu wisatawan dalam kunjungannya, tiap-tiap beton atau tangga beton, serta diaroma yang menceritakan kisah Raden Kamandaka-Lutung Kasarung. Pada waktu lalu, wilayah Kabupaten Kebumen, termasuk Wilayah Kadipaten Pasir Luhur termasuk wilayah/Kerajaan Pajajaran, pusat pemerintahnya terletak di Bogor Jawa Barat. Adapun sebagai batasnya adalah Kali Lukula masuk Kerajaan Majapahit, sedangkan sebelah barat Kali Lukula masih kerajaan Pajajaran. Ceritera ini berawal dari Kadipaten Pasir Luhur, yaitu Batu Raden atau Purwokerto pada abad ke 14. 

Obyek wisata jatijajar dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi atau jasa angkutan umum, menempuh jarak 42 kilometer dari Kota Kebumen atau 21 kilometer dari Gombong. 

GUA PETRUK
Cerita mengenai suatu lokasi obyek wisata yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membuat suasananya menjadi nyaman dan indah sehingga wisatawan yang datang merasa betah di tempat tersebut. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan obyek wisata juga perlu diinformasikan dengan jelas sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuan suatu lokasi wisata. Dalam kegiatan wisata ini suatu penawaran kepada para wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata alam yaitu Goa Petruk yag terletak di Desa Candirengga, Kecamatan Ayah Luas areal wisata goa alami ini 0,51 hektar. Sarana perhubungan untuk menuju ke lokasi terdapat angkutan umum atau dengan kendaraan pribadi, kondisi jalan beraspal dan mudah dicapai kira-kira 25 kilometer dari Kota Kebumen. Pada jalur ini juga terdapat obyek wisata Goa Jatijajar dan Pantai Logending yang hanya berjarak beberapa kilometer. 

Nama Goa Petruk berasal dari abdi setia Pendawa (lima satria) yang memiliki hidung mancung. Dalam goa ini mempunyai tiga tingkat bentuk stalagtit dan stalagmit yang indah. Air terjun yang indah di dalam goa seperti sabun yang berbusa. Bila masuk ke Goa Petruk kita akan melalui trap-trap tangga yang cukup indah. Fasiltias di sekitar Goa Petruk antara lain (1) taman bermain anak-anak, (2) Penjualan makanan dan minuman kelapa muda yang cukup segar, sehingga bila kita kembali dari goa tersebut bisa melepas dahaga. 

PANTAI LOGENDING/AYAH
Obyek wisata Pantai Logending/Ayah terletak kurang lebih 9 kilometer dari Gua Jatijajar atau 3 kilometer ke arah selatan Gua Petruk. Obyek wisata ini sebenarnya merupakanperpaduan antara obyek wisata hutan dan obyek wisata bahari, yaitu Hutan Wisata Logending dan Pantai Logending/ Ayah. Hutan wisata Logending berada persis di tepi pantai Ayah/Logending pada ketinggian 0 - 5 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di sekitar hutan wisata ini berkisar antara 24 derajat celcius hingga 34 derajat celcius. Pada sat liburan sekolah dan liburan nasional obyek wisata ini banyak dikunjungi para wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkemah atau sekedar berwisata. Fasilitas yang tersedia antara lain: areal perkemahan, lapangan parkir, gardu induk, kamar mandi alami, lapangan bermain anak-anak, shelter dna tempat duduk. Melangkah mencapai pesisir pantai yang berpasir coklat kehitam-hitaman ini wisatawan akan melihat gulungan ombak pantai selatan yang datang silih bergant isepanjang hari, tanpa megenal lelah. berlari-lari di atas pasir dengan kaki telanjang merupakan pesona tersendiri yang sangat menyenangkan. Di pinggir pantai juga tersedia beberapa perahu kecil yang dapat digunakan wisatawan untuk mengaruhi pantai Logending dengan ongkos yang cukup murah. 

WADUK WADASLINTANG
Waduk wadaslintang di Desa Sendang Dalam, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen memiliki aneka fungsi. Menempati areal ± 147 hektar dengan kedalaman 38 meter, waduk ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata andalan. Sejauh pengamatan, waduk yang dibangun pada tahun 1976, diresmikan pada tanggal 13 Desember 1986 oleh Presiden Soeharto memiliki fasilitas apa adanya. Sebagai obyek wisata, kawasan untuk Waduk Wadaslintang baru di lengkapi dengan taman, tempat informasi dan gardu pandang. Sedangkan fasilitas-fasilitas lain yang seharusnya ada seperti tempat peritirahatan, bumi perkemahan, olah raga air, daung dan perahu motor belum tersedia. Apalagi letaknya cukup jauh dari kota Kebumen dengan kondisi jalan berliku-liku, tentunya harus ada warung-warung makan dan restauran, penginapan, wisma, atau villa. Disamping itu, di lokasi inipun patut disediakan penjualan barang-barang cinderamata dan harus ada pula hiburan-hiburan sebagai daya tarik sekunder bagi wisatawan. 

Taman yang berada di bagian depan waduk meskipun belum dikelola secara profesional, namun sedikitnya sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Taman ini ditanami beberapa pohon akasia, bunga-bungaan beraneka warna dengan rumput-rumpr hijau menutup permukaan tanah. Air yang berasal dari sungai-sungai yang melewati kawasan industri berlainan sifat fisik-kimia dengan air sungai yang melewati daerah pegunungan berkapur. Debit air waduk yang tidak stabil mengakibatkan tanggul mudah rusak, kehidupan vegetasi sering berubah-ubah dan populasi ikan menjadi musnah. Persoalan yang mencemaskan dalam pengurasan waduk adalah terjadinya pendangkalan kembali secara drastis. Diketahui, pada awal pembangunan waduk kehidupan didalamnya sedikit. 

KABUPATEN KLATEN

ROWO JOMBOR PERMAI
Berangkat dari Kota Klaten ke arah tenggara, sekitar 8 kilometer wisatawan akan menjumpai sebuah waduk Irigasi setengah alami dan setengah teknik yang oleh masyarakat sekitarnya disebut Rawa Jombor. Rawa Jombor ini berada di desa Krakitan Kecamatan Bayat, Rawa tersebut mempunyai luas areal kurang lebih 6 kilometer serta dikelilingi oleh jalan raya yang setengah permanen karena baru pengerasan. Rawa ini memiliki latar belakang daerah pegunungan nan hijau yang diselimiti oleh awan. Rawa Jombor banyak dikunjungi pada hari raya syawalan, karena pada saat itu sering diadakan pementasan kesenian daerah dan musik dangdut dengan artis dari Semarang maupun dari daerah Klaten dan sekitarnya. Rawa Jombor selain berfungsi sebagai obyek wisata juga untuk mengairi lahan pertanian yang berada di sekitarnya serta untuk memenuhi kebutuhan air bagi perikanan. 

Di samping Rawa Jombor sebagai obyek utama, di sini juga terdapat sebuah taman Wisata yang berada di atas bukit dan memiliki luas areal kurang lebih 4 hektar. Taman ini banyak dikunjungi para pelajar setelah usai ujian sekolah baik hanya sekedar untuk melepaskan beban juga untuk menghilangkan kejenuhan setelah beberapa saat bergumul dengan buku. Rowo Jombor merupakan objek wisata yang dikembangkan untuk aktiftas pemancingan dan rekreasi. Namun demikian potensi Jombor juga meliputi kekhasan Warung Apung ditengah Rawa dan perahu tradisional dari getek yang digunakan sebagai sarana transportasi dari darat ke warung apung. Potensi lainnya adalah adanya kedung air yang dihuni oleh bulus putih dan diyakini oleh warga masyarakat dapat digunakan sebagai media untuk mencari kekayaan (Pesugihan). Untuk mendukung potensi objek wisata Jombor di sekitar kawasan Jombor telah berkembang tempat peristirahatan bagi wisatawan yang ingin menginap sekaligus menikmati panorama Rowo Jombor.

MUSEUM GULA JAWA TENGAH 
Museum Gula Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, termasuk dalam wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Letak museum sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo. Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi, pertimbangan bahwa perkembangan industri sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Gagasan pertama dimulculkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan dukungan penuh dari Bapak Ir. Waryatno, direktur utama PTP. XV - XVI (persero) peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di Pasuruan Jawa Timur yangd ihadiri para ahli gula seluruh dunia. Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa. Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavotary, dan musholla, seta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi. Status penyelenggaraan museum dilaksanakan oleh PTP. XV - XVI (Persero)yang berkedudukan di Surakarta dan dikelola oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. 
Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman tebu bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain. 

MAKAM KI AGENG PANDAN ARANG 
Setelah menyaksikan Panorama Rawa Jombor, beranjak ke arah selatan, wisatawan akan tiba di Desa Bayat, Kecamatan Bayat. Disinilah Ki Ageng Pandan Arang dimakamkan. Makam ini berada di atas sebuah bukit di sebelah kiri jalan yang menghubungkan Bayat - Wedi dan Klaten. Makam ini dikelilingi pagar tembok serta rumah-rumah penduduk yang bertebaran. Menurut ceritera yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Ki Ageng Pandan Arang adalah Bupati Semarang yang pertama. Di samping sebagai Bupati, beliau juga adalah murid wali Songo (wali Sembilan), yang sangat taat dan patuh. Melihat ketaatan dan kepatuhan muridnya, maka wali songo memberi tugas kepada Ki Ageng Pandan Arang untuk memberitakan agama Islam di daerah Selatan. Makam ki Ageng Pandan Arang banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah yang ada di Jawa Tengah dan sekitarnya untuk ngalap berkah. Para peziarah umumnya datang dengan berbagai kepentingan dan keperluan, dan biasanya disertai suatu keyakinan. Makam ini paling banyak dikunjungi peziarah pada malam selasa kliwon dan malam jumat kliwon. Kalau melihat Gapuro candi candi bentar kita akan teringat akan arsitektur majapahit. 

PEMANCINGAN JANTI 
Pemancingan Janti terletak di Desa Janti Kecamatan Polanharjo, Pemancingan Janti hampir sama dengan pemancingan Rowo Jombor yakni pemancingan ikan sekaligus sebagai wahana bagi masyarakat untuk berekreasi dan menikmati makan dengan hasil pancingan seperti nila, lele, kakap, tombro dll.
Para pengunjung juga dapat menikmati kolam pemancingan dan kolam renang yang mendukung terhadap objek wisata ini. Salah satu potensi yang dikembangkan adalah yang dilakukan oleh perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing ) yaitu PT. Aquaform di Janti Kecamatan Polanharjo Klaten dengan mengembangkan pembibitan ikan untuk produk bibit ikan nilai hitam dan bibit ikan nilai merah. 

TEMPAT WISATA DELES
Deles indah berada di Desa Sidoarjo, Kecamatan Kemalang. Deles Indah nama yang sangat indah berbau Eropa yang terdapat di lereng Merapi. Deles Indah berada sekitar 25 kilometer ke arah utara Klaten, memiliki pesona yang indah. Bola Gunung Merapi akan menunjukkan kedahsyatan erupsinya, maka wisatawan yang berada di Deles Indah akan menyasikan gumpalan asap yang berwarna putih kelabu atau kehitam-hitaman mengepul ke angkasa, yang dari kejauhan nampak bagaikan timbunan bulu domba. Akan tetapi bilamana gunung ini dalam keadaan "tenang" pesonanya demikian memukai, sehingga menantang para wisatawan untuk menjelajahinya. 
Deles indah banyak dikunjungi para pelajar dari berbagai jenjang pendidikan dan disiplin ilmu. Objek wisata Deles merupakan salah satu alternatif yan bisa dikunjungi oleh wisatawan yang menyukai daerah dengan hawa sejuk, pemandangan yang indah dengan dikelilingi oleh tanaman pinus disekitarnya. Objek wisata ini merupakan wisata alam yang dapat membuat orang betah di Klaten.

KABUPATEN MAGELANG
INDUSTRI TEKSTIL
Industri tekstil Kota Magelang berada di Mertoyudan. Industri ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan lokal dan eksport. Hasil produksi dari industri ini banyak dimanfaatkan untuk industri konveksi di berbagai daerah, seperti Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Klaten mengambil bahan baku pakaiannya dari industri tekstil dari Kota Magelang ini. Karyawan yang bekerja di Industri ini relatif banyak dan berasal dari sekitar Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Produksinya yang cukup besar telah dapat menembus pasar eksport seperti Singapura, Malaysia dan negara-negara lain di Asia. Perkembangan industri ini di Kota Magelang cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah tenaga kerja serta daerah pemasarannya. Bisnis industri tekstil di Kota Magelang memang sangat menjanjikan mengingat letak Kota Magelang yang sangat strategis sebagai daerah pemasaran dan distribusi hasil produksi industri. Kemudahan tersebut karena letaknya yang dekat dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagai pertemuan moda jurusan Semarang - Yogyakarta dan moda arah Pekalongan dan Cilacap. Pertemuan moda tersebut menjadi salah satu daya tarik tersendiri dalam peningkatan arus distribusi dan pemasaran produk. 

INDUSTRI GETUK MAGELANG 
Getuk Magelang merupakan salah satu makanan khas yang terbuat dari ketela pohon. Industri Getuk merupakan salah satu industri rumah tangga yang dikembangkan oleh masyarakat di Kota Magelang. Bisnis di bidang ini memang sangat menguntungkan dan memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Hal ini karena kedekatan Kota Magelang dengan obyek wisata Candi Borobudur dan obyek-obyek wisata di sekitarnya seperti di Kabupaten Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Kabupaten Magelang. 

TAMAN KYAI LANGGENG
Kyai Langgeng adalah sebuah nama yang diambil dari nama salah seorang pejuang dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro, satu diantara pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang dengan gagah berani merebut kemerdekaan melawan penjajah Belanda selama perang Diponegoro (1825 - 1830). Dasar dijadikannya sebuah Taman dengan menggunakan nama Kyai Langgeng karena almarhumah, dimakamkan di kawasan ini. Makam tersebut masih ada dan terawat hingga sekarang ini. Taman Kyai Langgeng terletak di jalan Cempaka, hanya 1 Km dari pusat kota Magelang. Berwisata ke taman ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Selain taman yang ditata secara rapi, ternyata banyak sekali tawaran kenikmatan dengan keunikan-keunikan yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas lain tersedia di dalamnya. Suatu pesona panorama alam menakjubkan yang dapat mengisi "kekosongan jiwa" para pengunjungnya secara sempurna. 

Ketika kehidupan kota yang sarat dengan segala problematika kesemrawutannya membiasakan kebosanan dan kejenuhan, orang membutuhkan suasana baru yang dapat memberi kenyamanan dan ketentraman. Kita tahu bahwa saat sekarang kehidupan di perkotaan terbebani dengan aneka pencemaran (polusi) sebagai dampak pembangunan yang terus berkembang. Kemajuan teknologi di satu sisi memang mengangkat derajat ekonomi masyarakat, namun disisi lain teknologi memunculkan zat-zat beracun berbahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia. Limbah-limbah industri yang dibuang melalui cerobong pabrik mengeluarkan gas-gas seperti belerang/sulfur (S) dan timah hitam (Pb). Kendaraan bermotor membuang gas karbondioksida (CO2) dan methan (CH4), sisa-sisa obat-obatan pemberantas hama tanaman seperti DDT, dan sebagainya. Semua gas pencemar ini berakibat terganggunya kesehatan. Saat ini persoalan lingkungan yang sangat dikhawatirkan oleh semua bangsa/negara di dunia adalah semakin memanasnya suhu bumi (pemanasan global) akibat emisi gas karbondioksida (CO2) yang tidak terkendali. Belum lagi orang harus memikirkan berbagai persoalan sosial dan ekonomi yang dihadapinya.Untuk mengurangi beban, ketegangan bahkan stress sekalipun yang dibiaskan kehidupan kota dengan akibat modernisasinya seperti itu, keberadaan sebuah taman dapat memberikan jawabannya. Namun beberapa faktor penunjang yang menjadikan daya tarik harus disediakan, wisatawan biasanya ingin melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru, sesuatu yang spektakuler, mereka ingin berwisata dengan nyaman dengan sedikit usaha dan mereka ingin menggabungkan petualangan mereka dengan kegiatan waktu senggang seperti berenang, berolah raga perahu/becak air, menyaksikan hiburan musik khas, dan sebagainya. 

Potensi wisata yang dimiliki Taman Kyai Langgeng dapat diandalkan. Taman ini mengoleksi berbagai aneka flora dan fauna tropis yang langka. Ada cempaka ganda (Mycelia Campaca), dewa daru (Eugenia Sp), apel bludru (Diospiros rabbola), Nagasari (Mesua Ferrea), Matoa (Pometia Pinata ireigfost), ruser (Arthocarpus Sp), lobi-lobi (Flacouritia inermis Roxb), Keben (Baringtonia Asiatica) Kemiri (Aleurites Moluceana), Kenari (Canarium Commune) dan masih banyak lagi. Suasana alami sungguh terasa di taman ini, seolah pengunjung terbawa "kembali ke alam" (back to nature). Di dalam taman nan hijau ini terdapat satwa-satwa antara lain ular pitron yang berasal dari kedung ombo, burung mambrukm elang (falconidae) bajing, monyet, rusa, ayam hutan dan beberapa satwa lain. Ada yang lebih unik dan aneh yakni dua ikan lele yang sudah cukup tua usianya. Ikan lele jantan berusia sekitar 24 tahun lebih dan lele betina berusia kira-kira 54 tahun 

Fasilitas-fasiltias penunjang yang dimiliki Taman Kyai Langgeng adalah sebuah kolam renang yang dipisah menjadi dua dengan pembatas terapung. Masing-masing untuk anak-anak dengan kedalaman 1 meter dan untuk orang dewasa sedalam 2 meter. Kolam renang ini dilengkapi dengan menara peluncur bergelombang dan tentunya tempat bilas serta ganti. Di samping itu, pesona lain yang tesedia adalah koleksi patung-patung dinosaurus, gelanggang pemancingan, taman lalu-lintas, rumah aquarium, rumah kaca, panggung terbuka, arena untuk bermain go-cart, sungai untuk nerkano dan arung jeram, toko-toko cinderamata, pasar buah-buahan tropis, lapangan tennis di dalam ruangan dan hotel. Taman Kyai Langgeng dengan fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki tersebut, membanggakan kenyamanan udaranya yang cerah dengan matahari yang selalu bersinar, pandangan alam yang indah dan memukau, keramah tamahan yang wajar danpenuh k ehirmatan. Ini semua menjadikan taman tersebut sebuah surga, paduan antara anugerah alam dan buatan manusia. Apabila, pengunjung tertarik dalam hal sejarah, alam, olah raga atau sekedar bersantaim, Taman Kyai Langgeng menyediakan untuk semua orang. 

MUSEUM KAMAR PENGABADIAN DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro adalah salah satu seorang pahlawan Nasional yang mempunyai latar belakang sejarah yang cukup heroik. Beliau adalah seorang pimpinan yang bersifat tegas menghadapi Belanda baik fisik maupun diplomasi, sehingga Belanda pada waktu itu selalu banyak mengalami kegagalan. Namun dengankelicikan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal De Kock, Pangeran Diponegoro diajak berunding yang berakhir dengan penangkapan dirinya. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 Oktober 1830, di tempat kediaman rumah dinas Karesidenan Kedu. Pangeran Diponegoro merupakan Pahlawan Kemerdekaan yang berjuang melawan Belanda pada tahun 1825 sampai 1830, yang terkenal dengan Perang Diponegoro. Untuk mengenang jasa-jasanya maka ruang dimana Pangeran Diponegoro berunding dengan Belanda hingga ditangkap tersebut ditetapkan sebagai ruangan museum. Museum Kamar Pangebdian Diponegoro berlokasi di dalam komplek Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kedu, menempati salah satu ruangan/ kantor dinas Residenan/ Pembantu Gubernur. 

Lokasi museum ini terletak di Jalan Diponegoro No.1 Magelang, Desa Magelang, Kecamatan Magelang Selatan. Bangunan Museum tersebut bergaya arsitektur Klasik Eropa. Jenis museum kamar pengabdian Diponegoro ini khusus bersifat memorial, karena bangunan/ ruangan pameran merupakan bekas tempat di mana Pangeran Diponegoro melakukan perundingan dengan Jenderal De Kock, sedangkan koleksinya merupakan benda-benda peninggalan Pangeran Diponegoro antara lain. 
• Seperangkat meja tulis, yang dipergunakan untuk perundingan; 
• Jubah milik Pangeran Diponegoro 
• Satu set tempat minum 
• Balai-balai tempat sembahyang 
• Sebuah Kitab Takrib 

MUSEUM SOEDIRMAN
Nama Jenderal Sudirman terkait dengan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau adalah Panglima Besar dalam perang kemerdekaan dengan bergerilya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam perang kemerdekaan Panglima Besar Sudirman tampil sebagai ahli siasat, seorang pemimpin dan seorang patriot yang disegani dan dikagumi. Dimana ada waktu itu sekutu yang diboncengi pasukan Belanda diperlengkapi dengan senjata moderen dipukul mundur dari Magelang ke Ambarawa terus ke Semarang. Kemenangan ini merupakan hasil kepemimpinan Panglima Besar Sudirman, walaupun pasukannya hanya dilengkapi persenjataan tradisional yang tidak seimbang dengan persenjataan pasukan lawan. Untuk mengenang jasa-jasanya, maka pada tanggal 18 Mei 1967 didirikan Museum Panglima Besar Sudirman oleh Mayor Jenderal Yasir Hadibroto Pangdam VII Diponegoro. Museum Sudirman terletak di jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang wilayah Kecamatan Magelang Utara. Bangunannya bergaya arsitektur Eropa klasik di atas seluas 1329 m2 dengan luas bangunan 201 m2. Di dalamnya terdapat:
• Tempat tidur Panglima Besar Sudirman 
• Ruang tamu 
• Meja tempat pemandian jenazah Panglima Besar Sudirman 
• Gambar dan lukisan peninggalan Panglima Besar Sudirman 

KOLAM RENANG KALIBENING
Kolam renang Kalibening berada di desa Payoman, Kecamatan Secang, terdapat pada kilometer 6 dari Kota Magelang ke arah Secang. Sedang dari jalan utama ke Kalibening kurang lebih 1 Kilometer. Untuk mencapai Kalibening, tak perlu resah kita baik bis Secang-Magelang atau sebaliknya, bis jurusan Temanggung-Wonosobo, dari Yogyakarta bisa naik bis jurusan Semarang, bisa naik ojek. Setibanya di Kalibening pertama kita masuk ke lapangan parkir yang bisa menampung sekitar kurang lebih 50 mobil atau 200 roda dua. Setelah mendapat karcis kita memasuki halaman Kalibening dengan melewati dua jalan, jalan masuk dan jalan keluar. Kolam pemandian di Kalibening terbagi menjadi 4 bagian antara lain:
• Kolam sumber air, untuk pemandian Kalibening mempunyai sumber mata air berada di depan dari kolam lain, ukuran kolamnya belum diketahui sedang jaraknya 15 meter dari p emandian VIP, 10 meter dari pemandian umum, dan 5 meter dari pemandian anak-anak. Dalam kolam sumber air ini terdapat sebuah patung wanita sedang menimba air dengan guci/periuk, hal ini menggambarkan bagaimana cara orang desa mengambil air, sedangkan pada bagian atas kolam terdapat beberapa pohon yang tumbuh subur. 
• Pemandian untuk Anak-anak, tampaknya pemerintah Kabupaten Magelang menyadari bahwa potensi anak-anak sebagai pengguna jasa pemandian Kalibening sehingga disediakan tempat khusus anak-anak, serta dilengkapi sarana seperti tempat luncur, ban, mengatur kemiringan kolam. Ukuran kolam lebih kurang 1,80 meter. Jarak dari kolam mata air dengan pemandian 5 meter, fasiltias yang ada di kolam ini adalah kamar ganti pakaian, tempat penitipan pakaian, tempat bilas dan WC. 
• Pemandian Umum, pemandian umum merupakan kolam yang secara bersama-sama. Pemandian umum memang berbeda dengan ketiga tempat lain, lokasinya sangat cukup bila dibandingkan ketiga kolam tersebut, mengenai ukuran belum diketahui secara pasti, dalamnya: 3,50 m; 3 m; 2,50 m dan 1,5 m. Pemandian ini dilengkapi antara lain: kamar ganti pakaian putra/putri, tempat bilas, gardu pandang/pondok, papan luncur, papan lompat, dengan tinggi 2 meter dan 3 meter, toilet. Pemandian umum sangat strategis di samping menikmati kenyamanan dan kesejukan air dan kita akan melihat deretan gunung-gunung. 
• Pemandian VIP, pemandian VIP merupakan tempat yang khusus untuk para pengguna dengan taraf ekonomi kelas menengah, para pemakai tempat ini dijamin tidak terusik oleh segala gangguan, seperti keributan dan lain-lain. Harapan pengelola bahwa para pemakai betah untuk menikmati kesejukan dan kebeningan air alami. Kelengkapan pemandian ini meliputi: papan lompat, papan luncur, tempat penitipan pakaian, pendopo, tempat bilas, toilet dan kamar ganti pakaian. Kolam renang/pemandian VIP hanya dipisahkanoleh tembok dengan pemandian umum. 

KABUPATEN PURWOREJO
KAWASAN GEGER MENJANGAN
Kawasan Geger Menjangan merupakan kawasan wisata alam, obyek utama yang banyak dinimkati pengunjung adalah keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan dipandang dari ketinggian puncak bukit. Selain itu, kawasan Geger Menjangan masih menawarkan beberapa obyek rekreasi lainnya, yaitu taman permainan anak, kolam renang dan meja bilyard. Kolam renang dan taman pemancingan terletak di pintu masuk kawasan. Sedang meja bilyard berada di puncak bukit. Suguhan yang lebih dikhususkan untuk kawula muda adalah arena minicross, panjat tebing dan lokasi berbagai pertunjukan umum. Arena minicross berupa lahan cukup luas dengan kontur tanah yang sangat menantang. Di lokasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan umum. Sedang panjat tebih telah dibuat secara permanen dengan konstruksi baja berketinggian 15 meter. Memandang keindahan panorama alam dari ketinggian itulah yang ditawarkan kawasan tersebut. Keindahan yang dapat dinikmati dengan biaya yang sangat murah dan mudah dijangkau. Keindahan panorama memang merupakan obyek pokok yang banyak disukai masyarakat, terutama para remaja. Untuk dapat menikmati indahnya panorama tersebut, pengunjung ditantang untuk berolah raga jalan kaki sejaun 1.800 m menyusuri jalan setapak yang telah dibangun dengan paving block. 

Perjalanan dari pintu masuk obyek hingga puncak bukit memang cukup mengasyikkan. Wisatawan ditantang untuk membuktikan kehandalan tenaga dengan mendaki bukit yang tingginya sekitar 175 m di atas permukaan laun. Setelah sampai di puncak, wisatawan akan menemukan sebuah bangunan berukuran 6 x 10 meter, itulah gardu pemanfangan yang sengaja dibangun untuk menikmati keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan. Keindahan tersebut akan menikmati secara lebih sempurna dikala cuaca cerah. Satu lagi tempat yang menarik di Kawasan Geger Menjangan adalah sebuah makam tua yakni makan Kyai Imam Puro. Konon merupakan cerita Kyai tersebut merupakan salah satu tokoh yang besar andilnya bagi keberadaan Kabupaten Purworejo. Bahkan karena besarnya andil Kyai Imam Puro, sampai-sampai sejarahnya pernah ditawarkan menjadi tonggak hari jadi Kabupaten Purworejo. Lokasi taman wisata Geger Menjangan terletak di timur laut Kota Purworejo. Masuk dalam wilayah Kelurahan Baledono Kabupaten Purworejo. Jaraknya hanya satu kilometer dari pusat kota. Tidak perlu kendaran angkutan umum untuk mencapainya. Dengan berjalan kaki justru terasa lebih nikmat. Sayangnya, kawasan seluas 20 hektar tersebut hingga kini masih ada kendala. Panduan tentang pola pengembangannya telah ada, berupa rencana tapak kawasan lengkap dengan berbagai programnya. Juga sudah ditetapkan dalam rencana umum tata ruang kota (RUTRK) dan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Akan tetapi belum ada investor yang dengan sungguh0sungguh berani menanamkan modalnya untuk membuka usaha di kawasan ini. 

PANTAI PASIR PUNCU DAN KETAWANG
Dua puluh dua kilometer dari Kota Purworejo atau sebelas kilometer dari Kota Kecamatan Kutoarjo ke selatan, tepatnya di Hardjobinangun dan Ketawang Kecamatan Grabag, kita dapat menikmati wisata bahari Pantai Pasir Puncu dan Ketawang. Kawasan ini memiliki pesona tersendiri dengan panorama Pantai Laut Selatan yang menarik dan menawan. Perjalanan wisata ke kawasan tersebut sungguh memikat. Dari kota Kutoarjo, di sepanjang jalan wisatawan dapat menyaksikan berbagai keindahan dan keunikan alam Purworejo berupa hamparan sawah di kiri-kanan jalan dan rangkaian Pegunungan Geger Menjangan yang menakjubkan. Perjalanan akan terasa makin pendek karena di sepanjang jalan menuju kawasan wisata tersebut ditanami berbagai jenis pohon rindang seperti Asam Jawa dan Mahoni. Kesejukan ini seolah memberikan nuansa baru sehingga tanpa terasa wisatawan telah memasuki pintu gerbang kawasan wisata pantai tersebut. 

Di pintu gerbang inilah wisatawan akan berjumlah dengan dua buah jalan berpasir, di mana jalan ke kiri menuju Pantai pasir Puncu dan Jalan ke kanan Pantai Ketawang dengan jarak masih-masing kira-kira 2 kilometer dan 1,5 kilometer. Situasi sepanjang ke dua jalan ini hampir sama; di kiri – kanan jalan berupa perkebunan tebu yang tertata rapi. Begitupula keindahan pantainya. Pantai Selatan yang indah dengan ombak besar memecah pantai putih membuih. Adalah pantai Pasir Puncu memiliki keistimewaan yang jarang diperoleh di tempat lain. Tempat ini merupakan muara kali Rebung, Kali Kedungmacasan dan Kali Pedegolan. Ketiga kali yang berbapu menyatu menjadi satu muara yang kemudian dikenal sebagai sungai jali ini menciptakan suatu pesona yang cukup langka. Kondisi ini semakin lebih indah tatkala gelombang air laut menggulung kepantai menyambut kedatangan air sungai. Perpaduan antara air sungai yang berwarna keruh dengan air laut yang berwarna biru itu menghasilkan pemandangan sangat indah. 

Tawaran menarik lain yang dapat dinikmati wisatawan di Pantai Pasir Puncu di samping keindahan pantainya adalah wisata air dengan naik perahu tempel di muara sungai Jali. Di pantai pasir Puncu maupun Ketawang, wisatawan dapat denganleluasa menyaksikan betapa indahnya suasana matahari terbenam di ufuk barat. Untuk mencapai kawasan wisata Pantai Puncu Pasir dan Ketawang, wisatawan dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus mini (Purnomo, Langgeng, dan lain-lain) atau menggunakan andong yang selalu siap melayani setiap dibutuhkan. Kondisi jalannya sudah beraspal, kecuali 1,5 sampai 2 kilometer sebelum obyek. Kedua pantai tersebut dapat dapat juga dicapai melalui Kecamatan Purwodadi, sekitar 12 kilometer dari Kota Purworejo. Bila jalur ini yang hendak ditempuh, maka wisatawan bisa singgah terlebih dahulu di obyek wisata Pantai Jatimalang Indah yangt idak kalah menariknya dengan Pantai Pasir Puncu dan Ketawang. Pantai Jatimalang Indah masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, Purworejo. 

BEDUG KYAI BAGELEN DI MASJID JAMI'
Di sebelah barat alun-alun besar Kabupaten Purworejo, suatu ketika berdirilah masjid besar dan agung yang merupakan kebanggaan seluruh umat Islam Purworejo hingga kini. Masjid yang diberi nama Masjid Agung Kabupaten Purworejo ini menempati tanah wakaf seluas kurang lebih 70 x 80 m2 dengan ukuran 21 x 22 m2 ditambah gandok berukuran ± 10 x 21 m2. Menurut sejarah, setelah berakhirnya Perang Diponegoro (1825 – 1830), Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu mengangkat pemimpin dari kalangan pribumi untuk memerintah wilayah Tanah Bagelen (Purworejo sekarang). Sebagai Bupati kemudian diangkat Kangjeng Raden Tumenggung Cokronegoro I dan jabatan pepatih (pembantu Bupati) dipercayakan kepada Raden Cokrojoyo. Pada masa pemerintahan Bupati Cokronegoro I ini mulai dibangun beberapa gedung (gedhung) terutama untuk memperlancar kegiatan-kegiatan pemerintahan. Di sebelah utara alum-alun didirikan Gedung Kabupaten beserta Pendhapa Agengnya untuk tempat bersidang. Gedhung yang terdiri dari dua buah bangunan ini disebut paseban, yaitu tempat para abdi Kabupaten, Lurah dan rakyat menungg panggilan menghadap ke Kabupaten. 

Beberapa saat kemudian atas perintah Bupati Cokro I dibangun pula Masjid Agung Kabupaten Purworejo untuk tempat ibadah. Masjid ini berdasarkan tulisan dalam Prasasti yang ditempelkan di atas pintu utamanya, selesai di bangun pada tahun Jawa 1762 atau tahun 1834 Masehi. Ada beberapa alasan mengapa letak bangunan masjid harus berada di kota Purworejo. Salah satu alasannya bahwa Kota Purworejo terletak di daerah yang dikelilingi oleh perbukitan, yiatu bukit Menoreh di sebelah timur, bukit Geger Menjangan di sebelah utara, dan Gunung Pupur di sebelah Barat. Alasan lainnya bahwa Kota Purworejo berada diantara dua aliran sungai, yaitu Kali Bogowonto dan Kali Jali dengan latar belakang Gunung Sumbing. Dalam ilmu kalang (Kawruh Kalang) yaitu ilmu kejawen yang mempelajari pengetahuan masalah perencanaan dan pembuatan bangunan jawa, letak tanah pada keadaan demikian disebut "Tanah Sungsang Buwana" atau "Kawula Katubing Kala". Orang-orang Tanah Bagelen ketika itu percaya bahwa apabila sebuah bangunan didirikan pada letak Tanah Sungsang Buwana, maka orang-orang yang mendiami atau menggunakannya akan disegani dan dicintai oleh banyak orang atau menjadi kepercayaan para pembesar. 

Setelah masjid dibangun lalu muncul ide baru dari Bupati Cokronegoro I untuk melengkapinya dengan sebuah Bedug yang harus dibuat istimewa sehingga menjadi tanda peringatan di kemudian hari. Keberadaan Bedug menurut Bupati Cokronegoro I sangat diperlukan adik sang Bupati yaitu Mas Tumenggung Prawironegoro Wedana Bragolan, disarankan agar bahan Bedug dibuat dari pangkal (bongkot) pohon Jati. Bahan baku dari pohon jati tadi sesungguhnya berasal dari Dukuh Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Dari cerita lisan yang turun temurun, pohon-pohon jati yang terdapat di Dukuh Pendowo telah berusia ratusan tahun dengan ukuran besar-besar bahkan ada yang bercabang lima. Dalam ilmu kejawen, pohon-pohon jati besar bercabang lima yang disebut Pendowo mengandung sifat perkasa dan berwibawa. Pembuatan Bedug yang dikenal sebagai Bedug Kyai Bagelen (Bedug Pendhawa) ini diperkirakan dilakukan pada tahun jawa 1762 atau tahun 1834 masehi bersamaan dengan selesainya pendirian bangunan Masjid Agung. Cara pembuatan bedug ini dimulai dengan menghaluskan permukaan bongkot kayu jati, kemudian bagian tengahnya dilubangi hingga tembus dari ujung ke ujung (growong) dan dihaluskan kembali. 

Sebagai penutup bedug, mula-mula digunakan bahan dari kulit banteng. Akan tetapi, setelah 102 tahun kemudian (3 mei 1936) kulit bedug bagian belakang mengalami kerusakan sehingga diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Sedangkan di dalam Bedug Kyai Bagelen di pasang sebuah gong besar yang berfungsi untuk menambah getaran dan bunyi (anggreng). Ada persoalan baru ketika bedug selesai dibuat, yaitu persoalan pemindahan dari Dukuh Pendowo (Jenar) ke Kota Purworejo, seperti diketahui, jarak Pendowo - Purworejo cukup jauh yaitu sekitar 9 kilometer dengan kondisi jalan yang sangat sukar dilalui. Untuk mengatasi persoalan ini tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kelebihan, kebijaksanaan dan keberanian di dalam menjalankan tugas. Bupati Cokronegoro I atas usul adiknya Raden Tumenggung Prawironegoro mengangkat Kyai Haji Muhammad Irsyad yang menjabat sebagai Kaum (Lebai/Naib) di desa Solotiyang, Kecamatan Loano untuk mengepalai proyek pemindahan Bedug Kyai Bagelan. Atas kepemimpinan Bedug sang Kyai, saat itu oleh para pekerja diangkat secara beramai-ramai diiringi bunyi gamelan lengkap dengan penari tayub yang telah menanti di setiap pos perhentian. Akhirnya setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Bedug Kyai Bagelen tiba di Masjid Agung Kabupaten Purworejo. Kini, Bedug kyai Bagelen diletakkan di sebelah dalam serambi Masjid. Barang siapa ingin mendengar suaranya, datanglah pada saat Ashar, Maghrib, Isya, Subuh dan menjelang shalat Jum'at. Di samping itu, pada setiap saat menjelang sholat Sunat Idul Fitri dan Idul Adha, acara-acara atau peristiwa-peristiwa keagamaan Islam dan memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai bagelen selalu ditabuh untuk memberi tanda dan penghormatan. 
Data-data teknis Bedug kyai Bagelen:
- Panjang rata-rata = 292 centimeter
- Garis tengah bagian depan = 194 centimeter
- Garis tengah bagian belakang = 180 centimeter
- Keliling bagian depan = 601 centimeter
- Keliling bagian belakang = 564 centimeter

MUSEUM TOSAN AJI
Museum Tosan Aji yang berada di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo diresmikan pada tanggal 12 April 1987 oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah H. Ismail. Museum ini merupakan salah satu sarana untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang yang terdiri dari keris, pedang, kudi cundrik. Tosan Aji diartikan masyarakat sebagai senjata terbuat dari logam besi yang mempunyai kedudukan terhormat pada pandangan mata masyarakat terutama pada masa lampau. Tema Museum tosan aji "Tosan Aji sebagai bukti kemampuan teknologi bangsa kita"

KABUPATEN SRAGEN
PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN
Pemandian air panas Bayanan terletak di kawasan utara lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Sambirejo. Jarak dari Kota Sragen ke Bayanan kurang lebih 20 Kilometer, atau sekitar 25 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Menurut cerita rakyat yang berkembang secara turun temurun, sejak jaman dahulu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut sudah meyakini bahwa air Panas Bayanan mengandung banyak khasiat. Berbagai macam penyakit seperti rematik, gatal-gatal dan penyakit-penyakit lainnya dapat sembuh hanya dengan mandi air panas itu. Dahulu orang-orang menyebutnya: Hyang Tirto Nirmolo, artinya penyembuh penyakit. Ceritera mengenai khasiat Air Panas Bayanan rupanya terus berlanjut hingga kini. Para wisatawan, terutama wisatawan lokal dari hari ke hari semakin banyak yang berminat untuk berkunjung ke tempat ini. Keunikan-keunikan yang dapat ditemui pada pemandian Air Panas Bayanan, yaitu sumber air panas keluar atau muncul di tepi sungai di sebalahnya dengan selisih ketinggian 2 meter dan tidak bocor ke sungai. Obyek wisata pemandian air panas Bayanan saat ini dilengkapi denganberbagai fasilitas menarik. Selain air panas alam, juga terdapat taman Rekreasi yang indah dan menawanberisi kolam renang dan jenis-jenis mainan anak-anak, Hutan Wisata dengan kelengkapan bersantai dan tempat peristirahatan, Musholla, panggung hiburan, penjualan souvenis, penginapan, kamar bilas dan toillet serta tempat parkir yang sangat luas. 

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN
Museum purbakala Sangiran merupakan obyek wisata sejarah dan budaya yangs angat banyak menyita perhatian dari segenap kalangan, baik para ilmuwan, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Museum ini terletak di Desa Krikilan, Keamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Jaraknya dari Kota Sragen sekitar 40 Kilometer ke arah barat daya atau sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Sangiran sebagaimana diketahui, sejak beberapa puluh tahun silam sudah dikenal di mana-mana tidak hanya di Indonesia melainkan dikenal hampir di seluruh dunia. Mencuatnya nama Sangiran tidak lepas dari penemuan-penemuan benda-benda purbakala pada masa lampau. Tercatat, sebelum perang dunia II meletus sudah banyak ahli sejarah (arkeologi) mancanegara mengadakan penelitian di Sangiran misalnya Prof. Martin (1919), Louis J.C Van Els (1931 dan 1939(, J. Duyfjes (1936) R.W. Van Bemmelen (1937 dan 1949), dan lain-lain. 

Pada tahun 1934 seorang ahli paleontologi kelahiran Berlin, Jerman yang bernama GHR Van Koenigswald mengadakan penelitian di daerah Sangiran. Ketika pada tahun 1936 ia untuk pertama kalinya menemukan fosil manusia purba berupa rahang bawah (Mandibula S. 1) Penelitian di daerah Sangiran menjadi semakin menarik perhatian dunia. temuan-temuan berikutnya antara lain: Atap Tengkorak (Callote S.2) pada tahun 1937, atap tengkorak (Callote S.3) tahun 1938, Calvaria S.4, Mandibula S. 5 dan Geligi S. 7 antara tahun 1939 sampai 1941. Kegiatan penelitian di daerah Sangiran sempat terhenti ketika Perang dunia II meletus. Penelitian baru dilanjutkan kembali pada tahun 1952 hingga sekarang. Para pakar Indonesia pun tidak ketinggalan untuk melakukan penelitian terhadap fosil-fosil yang terpendam di daerah Sangiran. 

Masyarakat Sangiran ang sudah terlatih dalam hal pengumpulan fosil sejak masa penelitian Van Koenigswald (1034 - 1941) secara diam-diam ikut mengumpulkan fosil-fosil tersebut dan dijual untuk menopang hidupnya. Tentunya tindakan masyarakat Sangiran ini sangat merugikan negara di mana bertentangan dengan Monumenten Crodonantie Staatsblad nomor 238 Tahun 1931. Untuk menghindarinya maka pemerintah Indonesia menetapkan Sangiran merupakan Cagar Budaya yang harus dilindungi. Dewasa ini, museum situs prasejarah Sangiran menyimpan berbagai koleksi fosil baik fosil manusia purba maupunhwan dan tumbuhan-tumbuhan. Fosil-fosil tersebut antara lainL Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthrpus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensisi, Homo Spiens, Fosil Kerang Laut Purba, Gading Gajah Purba, Rahang Bawah Kerbau Purba, Kuda Nil Purba, Fosil Kayu, dan masih banyak yang lain. 

MAKAM PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS 
Kehidupan manusia sejak dahulu tidak dapat dipisahkan dari peristiwa adat, misalnya pemujaan pada roh, saranan pada hari-hari tertentu, ziaran ke tempat yang dianggap keramat, ruwatan dan sebagainya. Ziarah ke tempat-tempat keramat saat ini sudah menjadi bagian dari kegiatan wisata yang sangat menarik karena adanya tujuan tertentu. Tempat yang dianggap keramat dan sering dikunjungi adalah petilasan raja-raja, makam orang sakti, dan tempat-tempat lain yang diyakini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Salah satu tempat keramat dan obyek wisata yang marak dikunjungi yakni Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen. Karena Pangeran Samudro adalah orang yang sakti dan berhasil dalam hidupnya, maka orang-orang mepercayai tempat pemakamannya sebagai obyek yang mempunyai "kekuatan". Sampai kini banyak orang yang datang berziarah "ngalap berkah" agar keinginan-keinginannya terkabul. Biasanya banyak peziarah yang hadir pada hari-hari Kamis Malam Jum'at. 
Ada beberapa keunikan yang terdapat di Gunung Kemukus: Air sendang Ontrowulan, kapasitasnya tetap, tidak ebrtambah pada musim penghujan dan tidak berkurang pada musim kemarau; tumbuhnya pohon-pohon langka NAGA-SARI dengan subur di bukit setandus itu; dan para peziarah tidak akan dapat memperoleh apapun jika tidak mematuhi tata cara atau aturan yang ditetapkan. Tata cara/ aturan yang dimaksud antara lain: berkunjung lewat pintu masuk di depan, bersuci di sendang Ontrowulan, Nyekar di Makam Pangeran Samudro dan RA. Ontrowulan, dan tirakat untuk berdoa, di bangsal Makam. Kini di Gunung Kemukus wisatawan dapat menikmati wisata air di Waduk Kedung Ombo. Banyak tersedia perahu dan sampang yang dapat digunakan oelh wisatawan baik hanya sekedar untuk penyebrangan maupun untuk pesiar mengelilingi waduk sambil menikmati pesona alam di sekitarnya. 

KOLAM RENANG KARTIKA 
Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu: 
• Kolam renang untuk umum, kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter 
• Kolam renang untuk anak-anak, kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter. 
Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.

KABUPATEN SUKOHARJO
OBYEK WISATA BATU SERIBU
Ketika orang mulai bertanya, obyek wisata alam yang bagaimanakah yang paling banyak diminati oleh para insan turisme? Tentu jawabannya akan bermacam-macam. Bisa saja jawabannya obyek wisata alam pantai, gua, air terjun, sendang, hutan, gunung, dan sebagainya atau obyek wisata alam tersebut merupakan perpaduan dari beberapa komponen yang disebutkan di atas. Kenyataan dewasa ini menunjukkan adanya kecenderungan wisatawan lebih memilih berwisata ke obyek atau kawasan yang merupakan perpaduan dari beberapa obyek wisata meskipun tidak mengurangi minat mereka untuk tetap berwisata ke tempat lainnya. Namun obyek atau kawasan wisata yang medannya lebih menantang semakin hari semakin menjadi primadona baru. Barangkali ketertarikan mereka lebih dikarenakan keinginan bertualan untuk mengungkap misteri sekaligus menaklukkan alam yang sering ditakuti itu, disamping menikmati keaslian alam yang masih "perawan" belum tercemar ulah manusia. 

Obyek wisata Batu Seribu di Kabupaten Sukoharjo merupakan obyek wisata alam yang sangat lengkap, indah dan medannya cukup menantang. Obyek wisata ini sesungguhnya merupakan suatu kawasan wisata di mana ada perpaduan antara unsur gunung, lembah, sendang, pemandian dan hutan wisata yang menakjubkan. Di bagian timur obyek wisata batu seribu terdapat gunung sepikul. Konon, gunung ini ditinggalkan oleh Bandung Bondowoso yang tidak tercapai maksud tujuannya membuat patung di Candi Prambanan. Di bagian bawah dari obyek wisata batu seribu terdapat sendang Kiai Truno Lele. Sendang tersebut dihuni oleh Lele Putih dan dikeramatkan oleh masyarakat sekitarnya. Disini pula terdapat Sendang Ayu. Sedangkan di bagian atas dari obyek wisata Baru Seribu terdapat Kolam pemandian alam. Sumber air kolam ini berasal dari air yang mengalir dari perbukitan yang jernih dan sejuk. Menurut ceritera, khasiat mandi air ini adalah dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sendang berkhasiat tersebut kini dikenal dengan nama sendang panca warna. Di samping obyek-obyek wisata tadi, di kawasan in iterdapat bumi perkemahan di atas bukit yang cukup representatif. Begitupula ada hutan wisata berupa tumbuhan akasia yang dapat memberikan kesejukan bagi para wisatawan. Sebagai obyek wisata, disini telah tersedia berbagai macam fasilitas yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk secara leluasa bisa menikmati keindahan dan keunikan alam sekitarnya.

BEKAS KERATON KARTASURA
Keraton Kartasura didirikan oleh Sunan Amangkurat II pada tahun 1679 Masehi. Sunan Amangkurat II adalah raja pengganti Sunan Amangkurat I, Raja Mataram di Keraton Plered yang melarikan diri dan meninggalkan di Tegal ketika terjadi serangan Trunajaya dari Madura pada tahun 1677. Setelah Sunan Amangkurat II menjabat sebagai raja, beliau tidak mau menempati kraton di Plered karena menurut kepercayaan Jawa, Kerajaan yang sudah didudukimusuh berarti telah ternoda. Sunan Amangkurat II kemudian memerintahkan kepada Senopati Urawan untuk membuat Kraton baru di kawasan Pajang. Perintah ini dituruti dan akhirnya Senopati Urawan dibantu Nerang Kusuma dan rakyat berhasil mendirikan Kraton di sebelah barat Pajang yakni Wonokerto Amangkurat II beserta para pengikutnya lalu menempati Keraton Baru itu yang diberi nama Kraton kartasura Adiningrat. 

Gejolak di Kerajaan Mataram ternyata tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 1741 terjadilah pemberontakan Cina yang berakibat fatal bagi Kartasura. Pemberontakan kali ini dipimpin oleh RM. Garendhi yang bergelar Sunan Kuning (Sunan Amangkurat III) sewaktu menjadi raja. Amangkuran III bernasib justru lebih tragis. Beliau hanya memerintah kurang lebih selama 2 tahun (1703 - 1705) karena terusir oleh pangeran Puger yang kemudian menjadi raja dan bergelar Sinuhun Paku Buwana I Selanjutnya pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana II (1726 - 1749), Keraton Kartasura dipindahkan ke Solo tepatnya pada tanggal 17 Februari 1745 Keraton baru di Solo itu diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat. Kini Keraton Kartasura tinggal bekasnya saja, dengan pahgar tembok/ beteng yang tebalnya kurang lebih 1,75 meter dan tinggi kurang lebih 3 meter. Peninggalan-peninggalan lain adalah Genthong batu, Yoni, Lingga, Masjid Zaman Paku Buwana X serta tombak Kyai Jangkungd an Tombak Kyai Slamet. Sayangnya, kompleks Keraton Kartasura, khususnya dilingkungan benteng kedhaton sudah berubah menjadi tempat pemakaman kerabat Keraton Surakarta. Makam-makam yang terkenal karena dikeramatkan oleh masyarakat, diantaranya adalahL Makam Mas Ngabehi Sukareja, Makam Bray Adipati Sedahmirah (garwa ampil/ selir PB IX), Makam KPH Adinegoro, Makam Ki Nyoto Carito (dalang terkenal) dan masih banyak yang lainnya. 

Pada hari-hari tertentu, Keraton Kartasura sangat banyak dikunjungi orang berziarah). Tujuan utama para peziarah adalah makam Bray Adipati Sedahmirah. Selir Pakubuwana IX ini semasa hidupnya dikenal cantik, pandai berdiplomasi dan memiliki pengasihan. 


PEMANDIAN LANGENHARJA
Setelah puas menikmati keindahan Solo Baru, beranjak ke arah timur dengan melewati jalan beraspal, wisatawan akan tiba di bekas pesanggrahan Paku Buwana X, dengan jarak kurang lebih 3 kilometer dari Solo Baru. Pesanggrahan Paku Buwana X, dengan jarak kuranglebih 3 kilometer dari Solo Baru. Pesanggrahan Paku Buwono X sekarang tentunya tidak seama seperti ratusan tahun yang silam. Kini ia bagaikan monimen yang menyimpan rahasia dan misteri tentang dirinya dan sekaligus bercerita kepada wisatawa tetang masa lalnya, tentang rakyatnya dan semuanya. Bekas pesanggrahan Paku Buwana X ini hingga kini masih tetap dikelilingi tembok yang tinggi, masih banyak beberapa pohon beringin berdiri memayunginya. Banyak wisatawan yangdatang berkunjung dengan beragam keperluan, ada yang datang sekedar ingin menyaksikan tempat peninggalan sejarah dan termashur pada masanya,dan bahkan ada yang ingin berobat. Karena di samping Pesanggrahan ini terdapat sebuah sumur yang menghasilkan air panas karena hanya mengandung belerang dan mangan. Sumur ini merupakan peninggalan Paku Buwana I masih menjadi saksi sejarah tempo dulu. Pemandian Langerharjaanamanya, yang dilengkapi dengan bak dan kamar mandi serta bak untuk berendam air panas. Menurut keyakinan masyarakat di sekitarnya, dengan mandi air panas akan menghilangkan beberapa penyakit kulit. 

SOLO BARU
Berbicara tentang Solo Baru tidak lepas dari sebuah kompleks wisata dan juga arena olah raga. Dengan melihat jalan yang sudah beraspal, wisatawan akan tiba di sebuah bangunan modern bercorak Eropa yang cukup megah berdiri menantang zaman. Begitu memasuki lapangan parkir akan terasa bahwa daerah ini merupakan tempat berolah raga bagi masyarakat sekitarnya. Di tempat ini tersedia beberapa lapangan olah raga atntara lain Kolam renang Solo Baru yang mempunyai ukuran yang telah memenuhi sarat sebagai tempat untuk melaksanakan kejuaran nasional dan lokal. Kolam ini memiliki panjang 50 meter dan lebar 20 meter. Sedangkan kedalamannya sangat bercariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, 2 meter 1,5 meter dan 1 meter. Bagi anak-anak tersedia kolam renang mini yang ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan keadaan anak-anak dengan kedalaman 80 cm. Selain fasilitas tersebut diatas, juga masih ada perlengkapanlainnya seperti menara terjun, papan luncur, ruang ganti pakaian, tempat bilas, serta tempat pemantauan, shelter, permainan anak-anak, cafetaria dan lain-lain.

Bagi wisatawan y ang hobby berolah raga tennis di lokasi ini tersedia dua jenis lapangan tennis; pertama, lapangan tennis dalam ruangan (indoor) terdiri dari 6 (enam) buah lapangan. Sedangkan kedua adalah lapangan tennis yang berada di luar (outdoor) dengan jumlah 6 (enam) buah lapangan. Selain ketiga macam lapangan dan kolam renanng tersebut masih dilengkapi dengan sanggar senak/aerobik, fitness, dan lain-lain. Solo Baru, buka tiap hari kecuali kolam renang bila sedng dikuras. 

KABUPATEN TEMANGGUNG
MONUMEN BAMBANG SUGENG
Kompleks Monumen Bambang Sugeng berada di atas sebuah bukit kecil di Kranggan, sebelah timur Kota Temanggung, bersebelahan dengan terminal bis. Merupakan monumen peringatan akan perjuangan Mayjen (purn) Bambang Sugeng yang ketika terjadi perang kemerdekaan memimpin pasukan TNI di daerah Temanggung dan sekitarnya. Bambang Sugeng adalah putera daerah Temanggung, lahir di Tegalrejo 31 Oktober 1913. Bambang memulai kariernya di militer sebagai tentara Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, bergabung dengan Daidang II yang saat itu bermarkas di Magelang. prestasinya terus melonjak, dan pada tahun 1945 ia kembali ke Temanggung membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk daerah Temanggung dan Wonosobo. Bambang yang ketika itu berpangkat Letnan Kolonel menjabat sebagai komandang Resimen. Di bawah kepemimpinannya para laskar BKR pernah berhasil melucuti senjata tentara Jepang.

Dari Temanggung, Bambang Sugeng berpindah markas ke Wonosobo dan kemudian pindah lagi ke Purwokerto menjadi Kepala staff. Ia-lah yang memberntas para laskar liar yang memberontak di daerah Cirebon. atas prestasi-prestasinya itu, setelah perang kemerdekaan I dan menjelang perang kemerdekaan II, Bambang Sugeng diangkat menjadi Panglima Divisi sekaligus panglima teritorial yang membawahi wilayah Banyumas, Pekalongan, Kedu, Yogyakarta, dan Semarang berpusat di Magelang. Bambang Sugeng dikukuhkan menjadi kepala Staf umum I Markas Besar Angkatan Darat di Bawah A.H. Nasution setelah perang kemerdekaan II. Ketika terjadi anarkis kekacauan di Jawa Timur sesudah penyerahan kedaulatan (1949), ia dipindahkan ke sana menjadi Panglima Komando Militer (Kodam) Brawijaya. Puncak kariernya di militer terjadi diangakt menjadi Kapala Staf Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen). 

Di samping prestasi-prestasi yang dibuatnya di bidang kemiliteran, Bambang Sugeng dikenal pula sebagai seorang diplomat yang berhasil. Ketika Presiden Soekarno menerima penganugerahan Bintang Vatikan tertinggi dari Sri Paus. Bambang Sugenglah yang menjabat Duta Besar RI di Vatikan. Ia saat itu juga di anugerahkan penghargaan berupa Bintang Kepapaan. Selait di Vatikan, ia pernah menjadi Duta Besar RI di Jepang, dan Brazillia (1963 - 1965). Bambang Sugeng meninggal dunia pada tahun 1977, dan dimakamkan di tepi kali Progo atas permintaannya sendiri. Di kompleks pemakamnya yang berada di atas sebuah bukit kecil itu, sekarang terdapat sebuah batu besar dengan pahatan tulisan kanji di atasnya. Tulisan tersebut berbunyi "Wampo Daiwa Dalgetzu" yang diartikan dalam bahasa Indonesia dibawahnya menjadi Seloeroeh Doenia Sekeloearga" berangka tahun saka 1377. Batu berukir tersebut merupakan peninggalan Bala tentara Jepang yang pernah ditawan Bambang Sugeng dan pasukannya di daerah Temanggung. Dewasa ini, Monumen Bambang Sugeng termasuk salah satu obyek wisata yang cukup banyak menarik perhatian wisatawan, terutama para pelajar. Tempat ini sudah ditata sedemikian rapi, dilengkapi berbagai fasilitas penunjang. 

KOLAM RENANG PIKATAN INDAH
Kolah renang adalah sarana rekreasi, olah raga dan sekaligus sebagai sumber penghasilan, umumnya dibangun dan dimanfaatkan masyarakat kota setempat pada waktu senggang atau hari libur berenang bersama keluarga, menghilangkan kepenatan selama enam hari lanya bekerja. Kolam renang Pikatan Indah dengan luas 1 hektar terletak di Desa Mudal, Kecamatan temanggung. Untuk mencapai kolam renang ini wisatawan yang telah mengunjungi sejumlah obyek wisata di Kabupaten Temanggung bisa mempergunakan kendaraan sendiri oleh karena jalannya telah beraspal bagus atau mempergunakan jasa angkutan mikro bis, angkutan kota, angkutan pedesaan atau jasa angkutan ojek. Kondisi fisik kolam renang Pikatan Indah terdiri dari tiga bagian, yaitu:
• Kolam sumber air: 
Sumber air kolam renang Pikatan Indah adalah sumber alami, dibangun sebuah kolam panpungan berukuran 15 x 10 kedalaman 1 meter. Kolam penampung dirindangi 1 pohon beringin besar dengan akar serabut bergantungan di permukaan air membuat suasana menjadi sejuk alami ketika wisatawan berada di sekitarnya.
• Kolam Renang: 
Kolam renang ini berukuran 50 x 20 meter, kedalaman terdiri dari 3,5 meter; 3 meter; 2,5 meter dan 1,5 meter. Pada event-event olah raga renang kolam ini dimanfaatkan baik untuk dilingkungan Kabupaten Temanggung maupun tingkat Regional Jawa Tengah oleh karena memenuhi persyarakat ukuran dan kedalaman.
• Kolam Pemancingan 
Kolam pemancingan letaknya sejajar dengan kolam renang dibatasi tembol setebal 15 centimeter serta dirindangi 2 pohon beringin memberi kenyamanan bagi wisatawan yang menyalurkan hobi memancing di sini. Ikan-ikan yang siap dipancing adalah ikan mas, mujair, tawes, nila, lele lokal dan ikan bandeng.
Fasilitas yang tersedia adalah kamar ganti pakaian putra/putri, papanpeluncur, toilet, pondok berteduh, penitipan barang, warung makan, kios souvenir, loket penjualan tiket, panggung gembira, tempat parkir luas dan musholla. Untuk melestarikan kesegaran air kolam alami, mesti dilakukan konservasi air dan hutan.

TAMAN REKREASI KARTINI TIRTO ASRI
Taman rekreasi Kartini Tirto Asri terletak di tepi jalan utama yang menghubungkan Kota Temanggung dengan beberapa kota disekitarnya. Taman ini berada di bagian selatan Kota Temanggung dengan jarak kurang lebih 1 kilometer. Untuk mencapai Taman ini dapat dipergunakan jasa angkutan umum, angkutan pribadi, maupun angkutan tradisional, seperti andong dan ojek. Memasuki kompleks Taman Rekreasi yang pertama ditemui adalah lapangan parkir kendaraan dengan daya tampung kurang lebih 50 kendaraan roda empat. Setelah itu wisatawan melangkah memasuki taman, sebelumnya wisatawan dipersilahkan mampir di loket untuk mendapatkan tanda masuk. Taman rekreasi kartini terbagi atas 3 bagian antara lain:
• Arena permainan anak-anak 
Arena permainan anak-anak dilengkapi dengan fasilitas seperti ayunan, komidi putar, timbang, papan luncur, tempat duduk dan gardu pandang. Arena permainan anak ini dikelilingi oleh aneka pepohonan yang tumbuh subur. 
• Kolam renang 
Kolam renang terbagi 2 bagian, yaitu:
o Kolam renang untuk umum dengan kedalaman bervariasi yaitu mulai dari 3,5 meter; 3 meter; 2,5 meter; 2 meter dan 1,5 meter. 
o Kolam renang anak-anak memiliki kedalaman 30 centimeter. Kolam renang ini dilengkapi dengan fasiltias kamar ganti pakaian putra/putri gardu pandang, papan dan peluncur. Sumber air baru yang digunakan untuk keperluan kolam berasal dari sumber air alami. Kolam renang, ini dikurang 2 kali dalam seminggu 
• Taman Rekreasi ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas olah raga antaralain lapangan tennis court in and out doors. 
Taman Rekreasi Kartini Tirto Asri merupakan tempat yang ideal untuk bersantai bagi wisatawan yang sedang melakukan perjalanan jauh melintasi Kota Temanggung menuju beberapa kota penting yang terdapat disekitarnya. Setelah puas menikmati kenyamanan Taman Rekreasi Kartini mampir sejenak di areal pujasera guna menikmati hidangan khas Temanggung seperti kupat tahu, brongkos kikil, bakso samudi, sate dan lain-lain. 

KABUPATEN WONOGIRI
WANA WISATA KETU
Wana wisata Ketu berada di bagian utara dari Kota Wonogiri, dengan jarak 6 (enam) kilometer. Menempati posisi yang sangat strategis, karena berada tidak jauh dari jalan utama. Bagi wisatawan untuk mencapai obyek ini sangat mudah karena bisa ditempuh dengan angkutan umum, angkutan pribadi, maupun angkutan tradisional seperti angdong, becak. Wana wisata Ketu ini bagi masyarakat Wonogiri tidaklah asing, sebab hutan yang berpayungkan pohon pinus banyak diminati oleh kawula muda untuk mengisi acara liburan sekolah ataupun liburan nasional. Pada hasi-hari tersebut banyak tenda berdiri dibawah pepohon yang rindang. Di wana wisata Ketu ini juga terdapat petilasan Sunan Gunung Giri, maka tidak aneh jika banyak masyarakat sekitar berbondong-bondong datang berziarah. Paling ramai yaitu pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Wisatawan yangdatang untuk berziarah, biasanya dengan berbagai tujuan dan kepentingan serta keinginan. 

TEMPAT PENYIMPANAN PUSAKA PANGERAN SAMBERNYAWA
Tempat penyimpanan Pusaka Pangeran Sambernyawa terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan tempat penyimpanan ini berada di wilayah Wonogiri. Kalau melihat secara seksama, bahwa tempat ini sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan, berada pada persimpangan tiga jalan yaitu jalan menghubungkan Wonogiri dengan Sukoharjo serta jalan menuju obyek wisata batu seribu yang masih wilayah Kabupaten Sukoharjo. Pangeran Sambernyawa (Pangeran Penyebar Maut) dilahirkan di Keraton Kartasura pada Minggu Legi 4 Ruwah tahun Jimakit 1650 Aji Windu Adi Wuku Waring Agung atau tanggal 7 April 1725. Ayahnya bernama Kangjeng Pangeran Arya Mangkoe Negoro yang dibuang ke Sri Langka (ceylon), ibu bernama Raden Wulan, putri Pangeran Butar. Sejak di tinggalkan oleh ayah dan ibunya, Raden Mas Said/ Pangeran Sambernyawa bersama dengan adiknya, R.M. Ambia dan R.M. Sabar hidup dalam suasana kemelaratan danhampir tersisih dari keluarga Istana Keraton Kartasuro. 
Menjelang usia 14 tahun, atas kehendak Paku Wubowo II, R.M. Said diangkat menjadi Mantri Gandek Keraton Kartasuro dengan Nama R.M. Ng. Suryokusumo. Pada usia 16 tahun, yaitu tahun 1740 di Batavia (Jakarta) terjadi pemberontakan China (Geger Pacinan) terhadap Belanda. Pemberontakan ini meluas ke daerah-daerah lain di pulau Jawa dan Kerajaan Mataram hendak menyerang Keraton Kartasuro yang telah berpihak kepada Bangsa Belanda. Pangeran Sambernyawapun pergi bersama teman-temannya meninggalkan Keraton Kartasuro. Mulai saat itu Pangeran Sambernyawa bergerilya untuk memimpin rakyat melakukan pemberontakan. Karena wilayah jangkauan yang termasuk daerah Surakarta dan sekitarnya, maka beliau menyimpan pusakanya di daerah Wonogiri. Sampai sekarang tempat ini masih berdiri seakan hendak bercerita kepada wisatawan tentang masa perjuangan serta liku-likunya. 

WADUK GAJAH MUNGKUR 
Waduk Gajah Mungkur diresmikan Penggunaannya oleh Presiden Soeharto tahun 1981 (dibangun dalam tempo 3 tahun 1979 - 1981). Tujuan utama pembangunan Waduk yaitu untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian milik masyarakat sekitarnya. Kemudian dikelola untuk kegiatan pariwisata, karena menjanjikan sejuta pesona untuk dinikmati oleh wisatawan. Melihat kondisi morfologi dan topografis, daerah Wonogiri khususnya Waduk Gajah Mungkur sangat strategis untuk olah raga udara dan air (layar, dayung). Wonogiri merupakan daerah perbukitan berupa lembah buta. Secara regional kawasan ini termasuk bagian dari topografis pegunungan Selatan dengan ketinggian bukit yang sangat bervariasi antara 15 - 20 meter. Daerah datar antar perbukitan menempati dasar-dasar bukit yang terpisah-pisah. 
Umumnya bentuk lereng gunung lurus hingga cembung dengan panjang lereng bervariasi antara 50 - 300 meter, kemiringan lereng antara 25 - 60 derajat. Waduk dan bukit ini mempunyai nilai keindahan yang unik dan alami, berada pada tatanan alam yang menawan. Tugu peringatan berupa patung bedol desa yang terdapat di taman Rekreasi, menjadi saksi pengobanan 51 desa, kurang lebih 12.157 kepala keluarga dan 67.157 jiwa dengan cara bertransmigrasi bedol desa. Taman rekreasi ini memiliki kelengkapan antara lain kebun binatang mini, kolam renang serta arena permainan anak-anak. Tawaran lain bagi wisatawan selain ketiga fasilitas tersebut berupa mengarungi Waduk Gajah Mungkur sambil memancing atau hanya sekedar berpetualang menyusuri waduk seluar 9.700 hekatar dengan panjang waduk 1.452 meter, tinggi waduk 42 meter dan volume 730 juta meter kubik. 
Wisatawan yang menyaksikan tempat budidaya ikan dengan sistem jala dan keramba terapung. Kenikmatan perjalanan akan lebih lengkap bila wisatawan mampir untuk makan di warung makan terapung sambil menikmati semilir angin berhembus. Untuk pengembangan aerowisata di kawasan waduk dibutuhkan penyediaan beberapa fasilitas yang secara garis besar dibedakan dan dikelompokkan menurut zona-zona serta dihubungkan dengan karakteristik wisatawan, permainan disediakan seorang instruktur dan pengawas (SAR) yang bertanggungjawab dari segi keamanan mengawasi, mengamankan dan menolong setiap wisatawan yang butuh pertolongan. Di kawasan waduk pernah diadakan kejuaraan Gantole Internasional Championship pada tahun 1994 yang lalu. Maka diharapkan itu menjadi awal yang baik dalam pengembangan olah raga. udara di waduk khususnya dan Indonesia Umumnya. Juga guna meningkatkan kemampuan dan prestasi penerbang gantole Indonesia. Di satu pihak diharapkan dapat menyerap wisatawan sebanyak mungkin untuk peningkatan pendapatan daerah dan devisa negara. 

TAMAN SELOPADI 
Taman Selopadi terletak 200 meter dari pusat kota Wonogiri, memiliki lokasi yangs angat strategis karena berada di tepi jalan yang menghubungkan kota Wonogiri dan Kota Sukoharjo maupun Solo. Dengan letak yang sangat strategis, maka cocok untuk bersantai setelah melakukan perjalanan jauh. Taman ini terletak di atas ketinggian, memunyai keunikan yang sangat menakjubkan karena bersandarnya sebongkah batu besar dengan berat kira-kira 10 ton pada sebatang pohon asam Jawa, keunikan ini oleh masyarakat Wonogiri disebut Plitheng Semar. Taman Selopadi merupakan tempat bersantai yang murah meriah bagi kawula muda. Dari taman ini wisatawan dapat menikmati keindahan Kota Wonogiri dan lalu lalangnya kendaraan bermotor dalam berbagai bentuk. Taman Selopadi memiliki luas areal 0,5 hektar dilengkapi dengan patung dari sebuah pondok pemantauan. Mengingat lokasi yang sangat strategis tersebut sudah seharusnya pihak pengelola taman mengembangkannya sehingga nantinya dapat menambah dan meningkatkan pendapatan daerah. 

KODYA SURAKARTA
KERATON SURAKARTA HADININGRAT
Pada hari Selasa pahing tanggal 23 sawal, tahun alib 1635, wuku sungsang, windu sancanya, atau tanggal 8 Desember 1711 masehi lahirlah seorang bayi mungil dan manis di keraton Kartasuro, ibukota dan pusat pemerintahan Kerajaan Mataran wkatu itu. Dia adalah R.M. gusti Prabasuyasa putera dariPrabu Amangkurat IV (Amangkurat Jawa) dengan Kanjeng ratu Kencana. dia pulalah yang kemudian dinobatkan sebagai raja di Keraton Kartasuro pada hari Kamis Legi tanggal 16 Besar, Tahun Jimakir 1650, suku wugu, windu adi atau tanggal 15 Agustus 1726 Masehi yang akhirnya dikenal sebagai Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II. Ketika Pakubuwono II menjadi raja di Keraton Kartasuro ini, beliau melewati masa-masa pemerintahannya dengan berbagai peristiwa, dan sangat terkenal adalah geger pacinan yang timbul pada tahun 1741 masehi. Pemberontakan yang dilancarkan orang-orang Tionghoa ini ternyata berdampak sangat besar terhadap eksistensi Keraton Kartasuro di masa-masa selanjutnya. Susuhunan Pakubuwono II dengan kejadian itu merasa perlu kalau Keraton Kartasuro dipindahkan saja ketempat yang lebih memungkinkan untuk dijadikan negeri yang barul. Setelah memusyawarahkan hal itu dengan para pejabat kerajaan (abdi dalem) dan kerabat Keraton, ia mengutus beberapa di antaranya untuk mencarikan tempat yang tepat. 
Usaha para utusan Kerajaan yang terdiri dari Pangeran Wijil, Tumenggung Tirtawiguna, Kyai Kalipah Buyut, dan Pangulu Pekih Ibrahim akhirnya membuahkan hasil. Mereka sukses mendapatkan dua tempat alternatif yaitu di desa Sala dan bumi Tata Wangi. Begitu Susuhunan Pakubuwono II memperoleh laporan dari keempat utusannya, dengan segera ia memerintahkan kepada Kyai Tohjaya dan Kyai Yasadipura untuk berangkat ke sana memastikan tempat mana yang lebih cocok. Kedua orang itu setelah melihat langsung kondisi tanah dan lingkungan di sekitarnya lebih sepakat kalau tanah di desa Sala Pantas dijadikan negeri yang baru. Raja pun setuju dengan hasil pengamatan langsung dari Kyai Tohjaya dan Kyai Yasadipura. Pekerjaan mendirikan Keraton baru segera dimulai dan dipimpin oleh Adipati Pringgalaya, sedangkan untuk menimbun tanah di desa Sala yang berawa itu dipimpin oleh Kyai Gedhe Sala dengan jumlah tenaga kerja mencapai ribuan orang. tanah Desa Sala sudah menjadi dataran yang luas dan pembangunan istana raja segera dikerjakan. Dalam jangka waktu hanya satu tahun, istana raja di Sala telah selesai tepatnya pada tahun Jawa 1670 atau tahun 1745 Masehi. Selesainya pembangunan istana/Keraton Sala ini ditandai sengkalan "Sirnaning resi rasa tunggal". Sirnaning berarti 0 (nol), resi berarti 7 (tujuh), rasa berarti 6 (enam), tunggal berarti 1 (satu). Mengartikan tahun dalam sengkalan harus disusun terbalik. Maka kalimat berbahasa Jawa tersebut sama dengan angka 1670, tahun berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 
Pada hari Rabu Pahing tanggal 14 Suro/ Muharam tahun 1670 wuku Landep, windu sancaya atau tanggal 17 Pebruari 1745 secara resmi Susuhunan Pakubuwono II meninggalkan Keraton Kartasuro menuju istana yang baru yaitu Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sejak itu pula pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke Solo. Kini, Keraton Surakarta telah berubah fungsi menjadi pusat kebudayaan sesuai tuntutan jaman. Bahkan saat ini Keraton tersebut merupakan salah satu obyek wisata yang sangat menarik minat wisatawan baik wisatawan lokal/nusantara maupun wisatawan mancanegara. Keraton Surakarta Hadiningrat terdiri dari beberapa bagian penting. Apabila kita memasuki kompleks Keraton dari arah utara melalui alun-alun utara, maka kita akan menjumpai: 
• Pintu Gerbang Kori Brojonolo, di sini kita dapat menjumpai beberapa bangsal kecil, seperti bangsal Brojonolo dan bangsal Wisomarto. Kita juga akanmelihat sebuah ruang tempat lonceng serta dua buah gedung membujur utara-selatan, tempat penjagaan prajurit berkuda (Ngebrak). 
• Pintu Gerbang Kori Kamandungan, Bangsal Kamandungan, lukisan lambang Kerajaan Jawa Sri Makuta raja, Baleroto (tempat berhenti kendaraan), sebuah cermin besar, bangunan Jwa Semorokoto dan Narcukunda. 
• Pintu gerbang Kori Srimanganti, meliputi "Pancaosan" panewu (ruang jaga mantri dan bawahannya dari golongan keparak), sebuah cermin besar untuk memeriksa diri sebelum menghadap susuhunan, gung Songgobuwono yang berbentuk segi delapan (hasto wolu). Panggung Songgobuwono, terutama bagian atas yang dikenal untuk tempat bermeditasi, sesaji dan untuk bertemu dengan badan halus (Sukma Kararira). 
Apabila kita memasuki pelataran kedhaton melewati Kori Sri Mangati, kita akan menjumpai sebuah "Kedhaton Jawa" lengkap. Berjalan dari timur ke barat pertama-tama kita akan melihat bangunan Jawa berbentuk Limasan Jubang yang disebut maligi, yaitu tempat untuk mengkhitankan putera Susuhunan. Kita juga berturut-turut akan melihat pendopo besar bentuk joglo pengrawit yang disebut Sasonosewoko, bangsal Paningrat, Sasono Ponosedya (ruang duduk Susuhunan saat menyaksikan pertunjukkan wajang kulit dan latihan Bedoyo Srimpi), dan Sasono Hondrowino tempat menerima tamu-tamu penting atau sacara jamuan makan bersama. Selain itu masih ada lagi sebuah serambi yang digunakan sebagai tempat berkumpul/ paseban para Pangeran Putra, Pangeran Sentono dan Riyo Nginggil menantikan Miyos dalam. Di sebelah tiur kedhaton terdapat tiga buah bangunan yaitu bangunan membujur utara selatan berbentuk limasan "kelabang anyander jubangan". Ke dua bangunan lainnya adalah Bangsal Pradonggo (tempat gamelan) dan Bangsal Bujono (tempat menjamu para pendamping tamu agung). 


PURA MANGKUNEGARAN
Sejarah berdirinya pura Mangkunegaran tidak dapat dipisahkan dari perjuangan R.M. Said atau dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa antara tahun 1740 - 1757. Sebagaimana diketahui, Pangeran Sambernyawa adalah adik dari Susuhunan Pakubuwono III yang melakukan perlawanan terhadap kompeni Belanda. Bahkan di masa perjuangannya ia tidak hanya menghadapi Belandal, melainkan juga ia bertempur melawan kakaknya sendiri Susuhunan Pakubuwono III dan juga Sultan Hamengkubuwono I (Pangeran Mangkubumi). Selama perjuangan yang berlangsung 16 tahun itu. Pangeran Sambernyawa dikenal sangat cerdik, memiliki daya tempur yang tinggi dan strategi yang sangat menyulitkan pihak musuh. Tercatat bahwa pada tahun 1756 ketika terjadi pertempuran di hutan Sitakepyak sebelah selatan kota Rembang, pasukan kompeni Belanda (VOC) yang dipimpin Kapten Van Der Pol dan Kapten Beiman sebanyak 2 Detachement dapat dihancurkan. Kendati ia berjuang dengan jumlahpasukan yang kecil serta peralatan perang sekedarnya, namun berkat kepandaiannya ia membuat Belanda terpaksa mengakui kekalahannya. 

Ketika terjadi lagi pertempuran di Yogyakarta, tiga bulan sebeluma akhir tahun 1757, Pangeran Sambernyawa bersama pasukannya sempat memporakporandakan Benteng Kompeni Belanda. Peristiwa bobolnya pertahanan Belanda itu memakan Nicolas Hartingh, Residen Belanda untuk Yogyakarta cepat-cepat meminta kepada Susuhunan Pakubuwono III untuk membujuk Pangeran Sambernyawa dengan maksud agar sang Pangeran membantunya dalam menjalankan pemerintahan di Salakarta. Pertemuan antara kedua bersaudara adik dan kakak ini menghasilkan persetujuan di mana Pangeran Sambernyawa sependapat untuk menciptakan suatu awal kehidupan yang penuh kedamaian; suatu akhir perjalanan yang terhormat dalam cita-cita mempersatukan Mataram lagi. Pangeran Sambernyawa besarta pasukannya Mangkuyuda dan membangun istana baru. Seluruh keluarga kembali berkumpul di tempat kediaman baru di Salakarta. 

Pada hari Sabtu legi tanggal 5 Jumadil awal, tahun Alip WIndu Kuntara, tahun Jawa 1638 atau 17 Maret 1757 Masehi, dilangsungkan pertemuan lagi yang dihadiri Susuhunan Pakubuwono III dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Patih Danurejo yang mewakili Sultan Hamengkubuwono I dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pangeran Sambernyawa yang kemudian bergelar KGPAA Mangkunegoro I. Pertemuan lanjutan itu menghasilkan perjanjian Salatiga yang isinya mngatakan antara lain, bahwa K.G.P.A.A Mangkunegoro I tak beda dengan raja-raja Jawa yang lain, hanya tidak diperkenankan duduk di atas singgasana, mendirikan Balai Winata, memiliki alun-alun beserta sepasang pohon beringin dan menghaisi nyawa. Kepadanya diserahkan juga wilayah yang dikuasainya yang tersebar mulai dari tanah Kaduang, Laroh, Matesih, Wiroko, Hariboyo, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan selatan dari jalan post Kartasuro- Solo, Kerajaan baru tersebut diberi nama Puro Mangkunegaran dengan K.G.P.A.A Mangkunegoro I sebagai Kepala Keluarga sekaligus Pengayom seluruh Kerabat. 

Seiring dengan perjalanan waktu, Puro mangkunegaran telah berubah fungsi dari pusat pemerintahan Kerajaan menjadi pusat budaya. Kini, Pura Mangkunegaran merupakan salah satu obyek wisata yang menarik di Solo, Jawa Tengah dan adalah istana atau tempat tinggal pengageng pura (K.G.P.A.A Mangkunegoro), Istana mangkunegaran dibangun oleh Mangkunegoro II antara tahun 1804-1866. Arsitektur bangunannya seperti model rumah/bangunan tradisional Jawa. Bangunan istana Mangkunegaran sendiri sesungguhnya terdiri dari dua bagian atau ruang utama, yaitu:
• Pendopo, pendopo pura Mangkunegaran bergaya arsitektur tradisional joglo dengan 4 buah soko guru (pilar utama) yang biasanya digunakan untuk pentas tari-tarian Jawa. Pada bagian barat pendapa disimpan perangkat gamelan yang diselubungi kain hijau. Gamelan tersebut merupakan hamelan pusaka bernama Kyai Kanyut Mesem yang berumur kira-kira 200 tahun. Selain Kyai Kanyut Mesem, di Pendopo terdapat juga gamelan "Upacara, Munggang, Cerobalen dan Kodok Ngorek", yang sering ditabuh pada upacara-upacara tertentu. Upacara-upacara itu adalah penobatan, perkawinan, khitanan, dan kedatangan tamu-tamu penting. 
• Dalem Agung, tempat ini biasanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional. Bentuknya adalah limasan dengan 8 buah saka guru, tidak ditutup plafond, sebagai simbol matahari. Dalem Agung mengoleksi benda-benda purba yang terbuat dari perunggu benda purba yang terbuat dari perunggu dan emas. Di sini pula dipaparkan barang-barang ampilan upacara senjata kuno perlengkapan untuk tari-tarian Bedoyo, Srimpi dan Langendriyan. Luas bangunan Dalem Agung adalah 838,75 m2.dengan tinggi tiang utama 8,50 meter, besar tiang utama 0,50 meter x 0,50 meter, tinggi tiang penyangga 5 meter, besar tiang penyangga 0,25 meter x 0,25 meter dan tinggi tiang besi 3,20 Meter. Dalem Agung hanya dapat digunakan untuk upacara tradisional keluarga raja. Istana Mangkunegaran mulai dibuka untuk umum sebagai obyek wisata sejak tahun 1968. Bagi para wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang ingin menginap di lingkungan istana, sejak tahun 1975 telah dibangun sebuah hotel persisi di bagian barat daya istana. Wisatawan yang menginap di kotel itu (Mangkunegaran Palace Hotel) dapat menyaksikan pentas kesenian di Pendapa yang berlangsung setiap malam. 

MUSEUM PERS NASIONAL
Dalam sejarah, nama Solo cukup dikenal sebagai salah satu basis perjuangan pemuda dan seluruh rakyat Indonesia menentang kehadiran kaum Kolonialis di bumi nusantara. Barangkali Solo sebagai pusat dua buah Kerajaan di Jawa yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran lebih memiliki basis masa dibanding daerah-daerah lainnya. Memang kalau dibandingkan dengan Yogyakarta yang juga merupakan pusat Kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman, solo masih kalah peran terutama dalam hal perjuangan fisik. Akan tetapi eksistensi dan kehidupan solo tetap tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Solo ternyata telah menghasilkan banyak catatan sejarah perjuangan baik perjuangan fisik maupun non fisik. Salah satu peristiwa sejarah yang tidak boleh dilupakan yaitu bahwa Solo adalah Kota Kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Peristiwa ini dimulai ketika peralihan ibukota R.I dari Jakarta ke Yogyakarta. Sebelum terbentuknya PWI, sebenarnya sudah ada organisasi yang mewadahi para wartawan yaitu Persatuan Djurnalistik Indonesia (PERDI) yang mandeg kegiatannya ketika Jepang masuk Indonesia. 

Para wartawan seperti Soemanang, Soedarjo Tjokrosisworo, BM. Diah dan rekan-relannya akhirnya mempunyai gagasan baru untuk mendirikan sebuah wadah yang lebih merangkul semua wartawan di Indonesia. Mereka lalu mengadakan Konggres di Solo, tepatnya di gedung Sositet Sasono Suko, Mangkunegaran. Konggres ini berhasil membuahkan keputusan untuk mendirikan PWI dan benar-benar teralisasi pada tanggal 9 Pebruari 1946. Tanggal tersebut hingga kini tetap dipakai sebagai tonggak peringatan kelahiran PWI yang lebih dikenal sebagai Hari Pers Nasional. Sedangkan gedung Sositet Sasono Suko saat ini difungsikan sebagai Monumen Pers Nasional. 

Monumen Pers nasional terdiri dari tiga unit gedung dengan tambahan lantai atas pada bangunan induk. Sebagai monumen yang sekaligus berfungsi sebagai museum, gedung ini banyak menyimpan dan mengoleksi benda-benda bersejarah peninggalan wartawan pejuang tempo doeloe. Ada mesin ketik kuno, foto tustel kuno, [enerbitan-perbitan kuno, Pemancar Radio saat perang kemerdekaan, koleksi foto, koran, majalah, pengabdian wartawan dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan fungsinya, monumen Pers Nasional Solo setiap hari selalu menerima kiriman berupa kora Harian, Mingguan, Majalah dari Bulletin dari perbitan surat kabar. Untuk menanganinya, di MonumenPers ini telah ada seksi khusus, yaitu seksi Laboratorium dan Dokumentasi. Disini pula dapat dijumlai ribuan buku yang disimpan sangat rapi di ruang perpustakaan. Pengelolaan Monumen Pers Nasional Solobeserta segala isinya ditangani oleh Yayasan Pengelola Sarana Pers Nasional dengan Depertemen Penerangan R.I. sebagai instansi penanggung jawab.

TAMAN HIBURAN RAKYAT SRIWEDARI
Kota Solo menyimpan sejuta sebutan antara lain sebagai pusat budaya Jawa, Kota Batik, Kotoa Bengawan, dan lebih mesra lagi Solo disebut kota yang tidak pernah tidur. Solo berada pada poros jalan yang menghubungkan beberapa kota besar di Pulau jawa dan kota-kota lainnya. Dengan posisi yang sangat strategis, maka kota Bengawan gambang di capai dari manapun terutama dengan kota-kota besar, seperti Surabaya, Denpasar (Bali) Semarang, Bandung, Jakarta serta kota pelajar Yogyakarta. Bagi wisatawan kota Solo bukanlah kota yang asing, karena Solo menyimpan sejuta obyek wisata menarik. Salah satunya adalah Taman Hiburan Rakyat Sriwedari, taman ini berada ditengah-tengah Kota Solo, berdampingan dengan Museum Raadya Pustaka yaitu di Jalan Slamet Riyadi, lokasi taman ini mudah dicapai dengan berbagai angkutan modern maupun angkutan tradisional seperti becak, andong dan lain-lainnya. 

Taman hiburan sriwedari dahulu merupakan taman rekreasi keluarga istana Raja Kesunanan, tetapi sekarang taman ini telah mengalami perubahan yang cukup besar sehingga menjadi lokasi hiburan yang terbuka untuk umum, disesuaikan dengan kemajuan zaman. Di taman hiburan ini telah dibangun gedung bioskop, rumah makan bertarap internasional, arena permainan anak-anak serta toko-toko souvenir. Walaupun telah ditambah dengan fasilitas hiburan modernm namun Sriwedari tak mau meninggalkan sosok tradisionalnya. Di sini masih tampak berdiri dengan megahnya gedung Wayang Sriwedari menantang zaman. DI gedung wayang ini setiap malam diadakan pementasan wayang orang seperti drama; nyanyian dan tari tradisional, yang mengandung ajaran leluhur, terutama tentang mahabarata entah sampai kapan gedung wayang ini bertahan.

PASAR TRIWINDU
Jika bepergian atau berwisata ke Solo, alangkah baiknya singgah ke pasar Windu Jenar yang dikenal dengan sebutan Pasar Triwindu. pasar yang berada di depan Pura Mangkunegaran ini menjual banyak macam barang-barang antik dari berbagai jaman dengan harga bersaing. Pasar Triwindu sudah ada sejak tahun 1945. Ketika itu Pasar Triwindu muncul secara alami, di mana orang saling menjual barangnya di pinggir jalan dengan sistem barter (tukar-menukar barang dagangan). Barang yang dijual adalah barang buatan sendiri dan bervariasi, seperti keris, wayang, lentera, hiasan dinding, dan lain-lain. Umumnya barang-barang yang dijual di sana berasal dari Pura Mangkunegaran oleh para abdi dalem. Ketika bala tentara Jepang menguasai Solo dan sekitarnya, barnag-barang yang dijual para abdi dalem tersebut ada yang berantakan dan diambil orang. Karena kesulitan ekonomi, barang-barang yang diambil itu mulai diperjualbelikan kembali oleh penjajah. Mereka mengaku bahwa barang-barang yang dijual adalah milik mereka sendiri. Situasi jual-beli di sana pun makin ramai dan peminat terus bertambah dari hari ke hari. Pihak Mangkunegaran bahkan ikut memasok barang-barang antiknya yang dianggap tidak berharga lagi atau sudah rusak. 

Melihat kondisi demikian, Pemerintah daerah setempat pada tahun 1945 menjadikan tempat ini menjadi pasar yang lebih resmi. Namun pemerintah membaut ketentuan bahwa barnag yang boleh dijual tidak harus barang antik. Banyak barang-barang non antik pun turut di jual, seperti onderdil sepeda, sepeda motor, mobil dan lain-lain. Kini Pasar Triwindu tidak hanya berfungsi sebagai pasar yang memperjual belikan barang semata. Pasar Triwindu terutama dengan benda-beda antiknya telah berfungsi pula sebagai tempat yang mengundang minat wisatawan. Hampir setiap hari selalu kelihatan para wisatawan yang datang untuk membeli benda-benda antik tersebut terutama wisatawan yang memiliki hobi mengoleksi barang antik. Wisatawan yang datang ke sanapun bukan hanya wisatawan nusantara, melainkan juga wisatawan asing. Mereka yang berwisata ke Pasar Triwindu kebanyakan berasal dari Belanda, Perancis, Jerman, Amerika dan Jepang. 

Barang-barang yang dijual saat ini di Pasar Triwindu adalah berbagai jenis wayang kulit, keris, topeng, keramik, lampu dokar, gantungan lampu, barang-barang dari kuningan seperti manik-manik, kalung, cincin, peralatan minum serta barang-barang dari perunggu dan lain-lain. Pasar Triwindu juga menampung barang yang dapat saling dipertukarkan. Misalnya wisatawan yang sudah bosan dengan koleksi dari tempat tertentu dapat dibarter dengan barang lain yang lebih disukai.

PASAR KLEWER
Berdekatan dengan alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat terdapat pusat penjualan tekstil Jawa (solo) yaitu Pasar Klewer. Pasar ini merupakan salah satu pasar tekstil terbesar di Indonesia yang menyajikan berbagai macam motif dan ragam tekstil yang khas baik tradisional (buatan tangan) maupun yang lebih modern (produksi pabrik). Macam-macam tekstil yang diperjualbelikan di Pasar Klewer sangat bervariasi, namun yang paling menarik adalah lurik dan batik bagi masyarakat Jawa tengah bukan hanya berfungsi sebagai bahan untuk pakaian sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk keperluan upacara adat. Lurik dan barik sesungguhnya sudah ada sejak jaman Majapahit dan merupakan salah satu jenis citra tradisional Jawa yang sudah sangat mengakar. Lurik dan batik adalah kain tenun hasil karya masyarakat desa pada jaman dahulu yang tidak tenggelam di telan kemajuan teknologi modern. Bahkan di saat sekarang ini makin banyak pabrik ang memproduksinya dengan berbagai motif yang selalu berkembang. Lurik dan batik masih dipercaya memiliki makna-makna simbolik yang tersimpan di dalamnya. Dan masyarakat kota terutama kelas menengah ke atas mulai melihatnya sebagai sesuatu yang eksotis karena terpesona dengan motif-motifnya yang menawan. 

Kini, Pasar Klewer tidak hanya menjual berbagai macam tekstil melainkan juga produk-produk industri dan kerajinan yang lain, seperti tas, sepatu, ikat pinggang, baju, celana, rok, jaket, topi, dan lain-lain, hingga barang-barang kerajinan dari emas dan perak serta barang-barang kebutuhan rumah tangga. Sebagai shopping center, Pasar Klewer setiap hari dari pagi sampai malam selalu padat pengunjung termasuk turis-turis manca negara.